TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV akan membaik atau di atas 0 persen. Musababnya, kata dia, jika terjadi kontraksi di kuartal selanjutnya, Indonesia bisa mengalami resesi.
"Technically kita bisa resesi kalau (pertumbuhan ekonomi) kuartal II dan kuartal III minus. Jadi kita coba kuartal III di atas 0 persen," katanya dalam rapat bersama Komisi XI di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin, 22 Juni 2020.
Adapun pada kuartal II, Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi memang akan amblas di kisaran -3,8 persen. Sedangkan Badan Pusat Statistik memprediksi angka yang lebih buruk, yakni -4,8 persen.
Sementara itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) malah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua ini mendekati -6 persen. Prediksi yang tak jauh beda pun telah dirilis oleh sejumlah lembaga internasional.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi kuartal ini melemah akibat dampak penerapan pelbagai kebijakan seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran. Namun, kata dia, kondisi tersebut akan membaik di kuartal ketiga karena sejumlah daerah telah menerapkan PSBB transisi.
Di samping itu, pemerintah telah mengeksekusi jejaring pengamanan kepada 29 persen penerima bantuan sosial. "Totalnya kami meng-cover 45 persen dari total masyarakat dengan pendapatan terbawah bila dihitung dengan bansos di Jabodetabek," tuturnya.
Sri Mulyani berharap, bantuan sosial ini dapat mempengaruhi konsumsi di tingkat kelompok dengan pendapatan paling rendah. Dengan begitu, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan berada di kisaran 1,4 persen dengan zona negatif hingga -1,6 persen.
Sedangkan untuk kuartal IV, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di atas 3 persen. "Untuk kuartal IV sejalan dengan relaksasi serta berbagai program UMKM yang sudah mulai jalan," tuturnya. Sementara itu sepanjang 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipatok di rentang -0,4 hingga 1 persen.