TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pelni (Persero) Insan P.L Tobing menceritakan kondisi okupansi penumpang kapal yang jauh lebih rendah ketimbang angkutan udara. Selama masa pandemi corona, ia mengatakan tingkat keterisian penumpangnya tinggal 1 persen.
"(Total penumpang) Kami di bawah Garuda Indonesia. Mungkin hanya 1 persen dari kondisi normal," ujar Insan dalam diskusi virtual, Jumat, 19 Juni 2020.
Sedangkan okupansi pesawat Garuda Indonesia sebelumnya dilaporkan sebesar 10 persen per Mei 2020. Insan mengatakan kondisi ini sebenarnya dirasakan oleh seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang transportasi.
Musababnya selama pandemi, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk melarang mudik dan membatasi pergerakan masyarakat demi menekan tingkat persebaran wabah corona. Insan mencontohkan, amblasnya jumlah penumpang tercermin saat masa mudik 2020.
Mei lalu menjelang Idul Fitri, kata dia, jumlah penumpang Pelni hanya 700 orang. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya, kapal milik perusahaan pelat merah ini bisa mengangkut hingga 90 ribu orang pada masa ramai penumpang alias peak season.
Demi menjaga efisiensi ongkos operasional selama pandemi, perseroan akhirnya memilih melakukan portstay untuk armadanya namun statusnya siaga. Jadi, kapan pun dibutuhkan, kapal-kapal tersebut bisa langsung melaut.
Meski demikian, Insan optimistis jumlah penumpang kapal akan meningkat seiring dengan penetapan masa normal baru atau masa adaptasi. Pada masa kenormalan yang anyar ini, dia memastikan perusahaan telah menyiapkan sejumlah protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 di dalam kapal sehingga kepercayaan masyarakat terjaga.
Di samping itu, ia meyakini riak pergerakan penumpang makin tinggi setelah pemerintah-pemerintah daerah kembali mengaktifkan pelabuhannya untuk angkutan penumpang. "Kondisi sekarang memang belum semua pelabuhan dibuka, tapi sudah ada yang mulai," ucapnya.