TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi kinerja ekonomi dunia pada kuartal II akan mengalami penurunan yang signifikan akibat pandemi virus corona. Situasi ini terjadi lantaran sejumlah negara baru melakukan kebijakan lockdown atau pembatasan mobilisasi manusia pada Maret atau April lalu.
"Situasi Covid-19 selama 3-4 bulan telah mengubah dahsyat momentum ekonomi dunia, dari yang tadinya harapan positif menjadi kontraksi. Kinerja ekonomi kuartal II akan mengalami penurunan yang sangat dramatis, merosot kalau boleh dikatakan," ujar Sri Mulyani di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 18 Juni 2020.
Dalam paparannya, Sri Mulyani mengatakan sejumlah lembaga internasional telah membuat koreksi pertumbuhan ekonomi global. IMF, misalnya, memperkirakan ekonomi dunia secara year on year bakal terkontraksi -3 persen dari semula tumbuh 3,3 persen.
Sedangkan menurut OECD dalam outlook-nya pada Juni ini, ekonomi duni pada kuartal II diperkirakan mengalami pertumbuhan -6 hingga -7,6 persen dari prediksi semula 2,4 persen. Kemudian, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan bertengger di level -5,2 persen dari perkiraan semula 2,5 persen.
Koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan kuartal II di masing-masing negara juga ditunjukkan oleh Sri Mulyani. Menyitir outlook IMF dan WEO, Sri Mulyani mengungkapkan prediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat direvisi dari semula positif 0,2 persen menjadi -9,7 persen.
Adapun Inggris juga mengalami koreksi yang tajam dari semula -1,6 persen menjadi -15,4 persen. Lantas, Jerman dari -2,3 persen menjadi -11,2 persen. Kemudian, Prancis dari prediksi mula-mula -5,0 persen menjadi -17,2 persen.
Negara di Asia, seperti Jepang, diproyeksikan turut akan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dari semula -1,7 persen menjadi -8,3 persen. Selanjutnya, India diperkirakan ambles -12,4 persen; Singapura -6,8 persen; dan Malaysia -8,0 persen.
Lantas, Indonesia yang semula masih diprediksi tumbuh 3,0 persen kini ditaksir akan terkontraksi menjadi -3,1 persen. Berbeda dengan negara lainnya, Cina diperkirakan sudah mengalami pertumbuhan positif.
Pada kuartal II, Cina dimungkinkan akan mengalami pertumbuhan ekonomi 1,2 persen. "Namun gelombang (pandemi) kedua di Beijing masih menjadi ancaman untuk kuartal III," ucap Sri Mulyani.