TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan atau BI7RR sebesar 25 basis poin ke level 4,25 persen. Pemangkasan suku bunga itu, menurut Josua dengan mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi.
"Jadi secara keseluruhan, penurunan suku bunga acuan BI tetap konsisten dengan ekspektasi inflasi dan upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Josua saat dihubungi, Kamis, 18 Juni 2020.
Dia menuturkan salah satu indikator makroekonomi yang terlihat yaitu tekanan inflasi, khususnya dari sisi permintaan yang cenderung rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat yang menurun tajam.
Dia menilai pelonggaran suku bunga acuan BI diperkirakan akan mendukung momentum pertumbuhan sedemikian. Sehingga dapat mengembalikan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kondisi sebelum COVID-19.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan saat ini terdapat ruang bagi BI untuk melanjutkan penurunan suku bunga. Hal tersebut bertujuan untuk membantu perekonomian yang sedang terkontraksi.
Dia melihat ruang itu terjadi karena likuiditas global yang cukup berlimpah akibat quantitative easing yang banyak dilakukan negara maju. Rupiah diperkirakan akan stabil cenderung menguat, karena berkurangnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. "Suku bunga global yang saat ini sangat rendah," ujarnya.
Bank Indonesia hari ini akan mengumumkan suku bunga acuan. Keputusan itu akan diambil dalam rapat Dewan Gubernur BI Juni pada siang ini.