TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, mengatakan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 menjadi pengalaman terberat di dalam perjalanan bisnisnya.
“Susi Air sudah dua bulan nol penerbangan, tidak ada pemasukan sama sekali. Saat ini adalah situasi ekonomi tersulit dalam hidup saya sebagai pengusaha,” kata Susi saat memberi keterangan pers secara daring di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, pada Jumat, 12 Juni 2020.
Dia menerangkan sejumlah strategi yang diambil pengusaha tidak akan membuat situasi membaik di tengah pandemi Covid-19.
“Tetapi kami bertahan dengan menutup banyak cabang, merumahkan banyak karyawan. Jika tidak kembali ya kami harus dalam UU kepailitan harus menyatakan pailit atau tutup,” katanya..
Hanya saja, dia menerangkan, menjual aset di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini tidak mudah. “Sangat tidak pasti,” ujarnya.
Pemerintah untuk ketiga kalinya mengubah outlook defisit APBN tahun 2020 dari 6,27 persen menjadi 6,34 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Pelebaran defisit fiskal ini merupakan implikasi dari outlook shortfall pendapatan negara yang masih jauh dari ekspektasi. Di satu sisi, tingginya kebutuhan anggaran untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) memaksa pemerintah menambalnya dengan meningkatkan jumlah pembiayaan di dalam APBN.
"Insya Allah direncanakan aktual seperti itu [defisit 6,34 persen]," kata Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani kepada Bisnis, yang dikutip Rabu (3/6/2020).
Dokumen Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Selasa (2/6/2020) menunjukkan volatilitas anggaran ini banyak dipengaruhi perubahan outlook belanja negara. Total outlook belanja APBN 2020 mencapai Rp 2.738,4 triliun atau lebih tinggi Rp 124,5 triliun dari outlook Perpres No.54/2020.
Angka per 2 Juni ini juga lebih tinggi skema outlook belanja negara yang kedua yakni Rp 2.720,1 triliun.
BISNIS