TEMPO.CO, New York - Harga minyak berbalik menguat pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB. Kenaikan harga emas hitam ini terjadi ketika data AS menunjukkan persediaan minyak mentahnya melonjak ke rekor tertinggi dan menghidupkan kembali kekhawatiran akan kelebihan pasokan karena lemahnya permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 55 sen menjadi ditutup pada US$ 41,73 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 66 sen menjadi menetap pada US$ 39,6 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun persediaan minyak mentah AS naik 5,7 juta barel dalam sepekan hingga 5 Juni menjadi 538,1 juta barel, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA).
Meski begitu, permintaan minyak mentah naik walau masih jauh di bawah level periode yang sama tahun lalu. Persediaan produk sulingan lebih tinggi, tetapi kenaikannya lebih kecil dibanding minggu-minggu sebelumnya. "Kami melihat dukungan di pasar berasal dari produk dan bukan minyak mentah," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Sebelumnya, Departemen Energi AS mengatakan telah membeli 126 ribu barel minyak mentah untuk cadangan strategis AS dan juga untuk mendukung harga. Kenaikan persediaan AS melebihi perkiraan analis dan penambahan minggu ketiga berturut-turut karena impor besar dari Arab Saudi, yang mencapai lebih dari 1,5 juta barel per hari. Selama perang harga antara Arab Saudi dan Rusia pada Maret dan April, kerajaan meningkatkan ekspor.
Harga minyak jenis Brent naik telah lebih dari dua kali lipat sejak jatuh ke level terendah 21 tahun di bawah US$ 16 pada April 2020. Namun beberapa analis berpikir harga telah naik terlalu jauh karena pandemi masih memangkas permintaan.
"Faktor makro yang telah mendukung kompleks energi selama lebih dari sebulan dapat berkurang secara signifikan karena kenaikan kuat dalam ekuitas mulai tampak terlalu matang," Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, mengatakan dalam sebuah laporan.
Sementara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memangkas pasokan minyak sebesar 9,7 juta barel per hari (bph), sekitar 10 persen dari permintaan pra-pandemi. OPEC+ sepakat pada Sabtu pekan lalu untuk memperpanjang pemangkasan rekor pasokan hingga akhir Juli.
ANTARA