TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah melalui rapat tingkat menteri segera memutuskan soal langkah menjaga produksi minyak Blok Rokan selama masa transisi dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero).
"Ini sudah hampir putus, besok kami diskusi lagi dengan Chevron. Harusnya Kamis di rapat tingkat menteri bisa ambil keputusan," ujar Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi video, Selasa, 9 Juni 2020.
Kontrak Chevron Pacific Indonesia (CPI) akan habis pada Agustus 2021, sehingga blok tersebut kemudian akan dikelola oleh PT Pertamina (Persero).
Purbaya mengatakan pemerintah telah belajar dari kasus transisi Blok Mahakam. Kala itu produksi migas di sana turun drastis kala Pertamina mengambil alih wilayah tersebut dari PT Total E&P Indonesie. Karena itu, ia tak ingin kasus sama berulang di Blok Rokan.
Lebih jauh Purbaya menjelaskan upaya mencegah turunnya produksi migas tersebut. Salah satunya adalah dengan bernegosiasi agar Chevron mau terus berinvestasi dan mengebor di Blok Rokan hingga Agustus 2021. "Chevron bisa lagi drilling dan di-cover oleh cost recovery pemerintah."
Menurut Purbaya, yang terpenting pada masa transisi ini adalah menjaga tingkat produksi di Blok Rokan agar tidak turun lebih lanjut. Ia menuturkan solusi tersebut sudah dibicarakan oleh pemangku kepentingan dalam satu bulan terakhir. Rapat pun telah digelar antara Kemenko Marves dengan Biro Hukum, SKK Migas, serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dalam dua tahun ini, ujar Purbaya, tidak ada satu pun rig yang beroperasi di Blok Rokan. Dengan solusi tersebut, pemerintah ingin Chevron bisa tancap gas mengoperasikan dua hingga tiga rig di sana segera setelah perjanjian kerja sama ditandatangani.
Harapannya, rig yang dioperasikan pun bisa meningkat menjadi lima rig hingga Agustus 2021. Dengan demikian, produksi minyak di Blok Rokan tidak turun terlalu dalam. "Ketika Pertamina mengambil alih, produksi bisa ditingkatkan lagi karena mereka akan investasi lebih banyak di driling, eksplorasi, dan eksploitasi," ujar Purbaya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) berkomitmen menahan laju penurunan produksi Blok Rokan usai alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 2021. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan merencanakan pengeboran 44 sumur baru pada 2021.
“Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) akan melakukan pengeboran 44 sumur di tahun 2021,” kata VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, Selasa, 21 April 2020.
Fajriyah mengatakan Pertamina sedang mempersiapkan program pengeboran termasuk pengadaan logistik, rig dan kru untuk memastikan PHR dapat langsung melakukan pengeboran, segera setelah proses alih transisi selesai pada Agustus 2021.
“Karena waktu operasional PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) hanya tersisa 4 bulan di tahun 2021, yakni Agustus hingga Desember, maka pengeboran 44 sumur tersebut akan difokuskan pada upaya menahan laju penurunan produksi dan selanjutnya jumlah pengeboran sumur akan ditingkatkan secara bertahap di tahun-tahun berikutnya untuk memaksimalkan produksi,” kata Fajriyah.
HENDARTYO HANGGI