TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan perlunya revisi Peraturan Menteri Perdagangan terkait larangan ekspor alat pelindung diri (APD) dan masker.
Namun, langkah tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan terlebih dahulu pemenuhan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri. Ia mengatakan langkah ini sudah disepakati bersama dengan Menteri Perdagangan dan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
“Banyak negara di dunia yang kini masih membutuhkan masker dan APD. Misalnya, Amerika Serikat dan Korea Selatan,” kata Agus Gumiwang dalam keterangan tertulis Selasa, 9 Juni 2020. Ia mengatakan ekspor APD dan masker oleh produsen lokal bukan hal baru. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia sempat melakukan ekspor APD senilai US$ 257.000 pada April 2020.
Agus mengemukakan, saat ini terjadi peningkatan signifikan pada produksi coverall/protective suite, surgical gown dan surgical mask. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenperin dan Kementerian Kesehatan, terjadi surplus produksi sampai Desember 2020 sebesar 1,96 miliar buah untuk masker bedah, kemudian 377,7 juta buah masker kain, sebanyak 13,2 juta buah pakaian bedah , dan 356,6 juta buah untuk pakaian pelindung medis.
“Gerak cepat yang dilakukan oleh industri tekstil dalam negeri, baik yang skala besar maupun rumahan, membuat banjir produksi APD seperti masker medis, sehingga perlu dicarikan solusi untuk pemasaran,” tuturnya.
APD yang diproduksi industri lokal tersebut, mampu memenuhi persyaratan medis menurut standar WHO. Bahkan, beberapa produk dalam negeri itu juga telah lulus uji ISO 16604 standar level tertinggi WHO yang dilakukan di lembaga uji di Amerika Serikat dan Taiwan, sehingga dapat aman digunakan oleh tenaga medis di seluruh dunia.
Adapun tiga produk baju APD berbahan baku dalam negeri dan diproduksi oleh industri nasional yang sudah mencapai standar internasional, yaitu baju APD dari PT Sritex, PT SUM dan Leading Garmen serta PT APF dan Busana Apparel, yang semuanya telah lolos uji standar ISO 16604 Class 2 bahkan lebih tinggi.
“Jadi, oversupply ini perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan yang tepat agar potensi ekspor yang sangat besar ini bisa dimanfaatkan. Kebutuhan dunia yang semakin meningkat dapat menjadi trigger agar industri dalam negeri dapat bertahan, sekaligus tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Agus.
CAESAR AKBAR
