TEMPO.CO, Jakarta - Belum genap satu semester Irfan Setiaputra menduduki kursi panas sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Tapi sejumlah masalah besar langsung dihadapi irfan.
Salah satunya pendapatan perusahaan yang terjun bebas akibat Covid-19. "Lima bulan karir saya kayak 15 tahun, sangat menantang," kata Irfan dalam acara Ngobrol Bareng Tempo yang disiarkan live di Instagram @Tempodotco, Senin malam, 8 Juni 2020.
Di masa Covid-19 ini, frekuensi penerbangan Garuda Indonesia turun drastis. Mulai dari larangan mudik lebaran 2020 hingga pembatalan ibadah haji tahun ini. Padahal, keduanya adalah waktu bagi Garuda Indonesia biasanya mendulang pendapatan.
Kini akibat Covid-19, pendapatan perseroan anjlok hingga 90 persen. Lalu sebanyak 70 persen pesawat dikandangkan. Sementara keterisian pesawat sudah di bawah 50 persen.
Bahkan beberapa waktu lalu, kata Irfan, Garuda Indonesia pernah hanya mengangkut 4 orang penumpang saja dalam penerbangan ke Pontianak, Kalimantan Barat. "Tetap melayani, walau hati teriris-iris," kata dia.
Padahal Irfan mengaku, antisipasi sebenarnya sudah dilakukan saat awal-awal ia dilantik pada 22 Januari 2020. Karena saat itu, wabah Covid-19 sudah terjadi di Cina. Beberapa hari setelah Irfan dilantik, penerbangan Indonesia ke Cina dan sebaliknya langsung ditutup pada 5 Februari 2020.
Meski demikian, Irfan mengaku tetap menyebarkan optimisme kepada para pegawainya di Garuda Indonesia. Kepada pegawai, ia mengatakan sudah menjadi khittah atau cita-cita maskapai pelat merah untuk bisa terus menghubungkan antar pulau di Indonesia. "Jadi jangan dibilang rugi, ini tanggung jawab kami," kata dia.