TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kekerasan dan penyiksaan terhadap anak buah kapal (ABK) Indonesia di kapal ikan asing terus berulang. Terbaru, dua ABK asal Nusa Tenggara Barat (NTB) diduga mengalami penyiksaan di kapal Cina, LU QIAN YUA YU 901.
Koordinator Fisher Center Bitung, Diani, mengatakan kasus kekerasan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Hanya saja, kata dia, sejumlah kekerasan terekspos setelah kasus pelarungan dua ABK Indonesia ke laut beberapa waktu lalu. "Persoalannya di awal kapal, tidak semua sempat terekspos," kata dia kepada Tempo pada Senin, 8 Juni 2020.
Pada kasus terbaru di kapal Cina ini, dua ABK yaitu Reynalfi dan Andri Juniansyah juga disiksa, hingga akhirnya melompat ke laut di Selat Malaka. Kasus ini dilaporkan oleh Fisher Center dan Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia
Setelah 7 jam terapung-apung, mereka pun akhirnya ditemukan dan mendapat pertolongan dari nelayan Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Saat ini, Diani telah mendapat kabar dari istri korban jika kedua ABK akan segera dipulangkan ke kampung halaman mereka di NTB.
Dugaan kekerasan yang dialami Andri dan Reynalfi ini terjadi selang satu bulan setelah meninggalnya tiga ABK Indonesia di kapal ikan Cina. Jenazah korban dilarung ke laut. Saat itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun secara terbuka meminta Pemerintah Cina melakukan investasi atas kejadian ini.
Fisher Center saat ini memiliki dua kantor di Bitung, Sulawesi Utara dan Tegal, Jawa Tengah. Khusus di Bitung, Fisher Center telah menerima tak kurang dari 13 aduan kasus kekerasan ABK, baik di kapal dalam negeri maupun asing.