TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. membukukan laba bersih sebesar US$ 6,98 juta atau sekitar Rp 97,8 miliar sepanjang 2019. Capaian laba tersebut sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha sebesar 5,59 persen dari 2018 yang menjadi US$ 4,57 miliar atau Rp 65,8 triliun.
"Capaian ini diraih melalui strategi quick wins priority yang dijalankan perusahaan, yaitu melalui penguatan budaya perusahaan berbasis people, process & technology; Strategi peningkatan pendapatan; serta peninjauan atas struktur biaya perusahaan," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Jumat, 5 Juni 2020.
Di samping laba bersih, perusahaan mencatatkan perolehan laba usaha sebesar US$ 147 juta. Angka ini setara dengan Rp 2.05 triliun.
Kinerja tahunan Garuda Indonesia diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dihadiri oleh pemegang 23.353.695.782 lembar saham atau 90,2 persen dari keseluruhan pemegang saham Garuda. Di samping mengumumkan pemerolehan laba perseroan, emiten berkode GIAA ini menyampaikan bahwa perusahaan tengah menyiapkan berbagai upaya untuk pemulihan ekonomi di era new normal tahun ini.
Irfan menjelaskan, kunci utama dalam menghadapi era baru pasca-pandemi nanti adalah menjaga kesinambungan keberlangsungan bisnis dengan tren penawaran dan permintaan yang disesuaikan dengan situasi. Di samping itu, Irfan menyatakan bahwa efisensi merupakan bagian yang harus diperhatikan di masa mendatang.
"Mindset bisnis penerbangan juga harus terus berevolusi menyelaraskan dengan realitas kondisi yang ada. Langkah tersebut yang secara bertahap terus kami lakukan mulai dari aspek operasional hingga optimalisasi lini bisnis," tutur Irfan.
Irfan mengakui, tahun ini merupakan tahun yang berat bagi perusahaan karena pendapatan berkurang drastis akibat pergerakan penumpang menurun 90 persen. Untuk menopang likuiditas, emiten pun mengoptimalkan pendapatan non-penumpang, yaitu angkutan kargo, intensifikasi bisnis carter kargo, hingga pengembangan platform layanan pengiriman barang berbasis aplikasi digital.
Di segmen penerbangan khusus, Garuda mengandalkan layanan angkutan repatriasi atau pemulangan WNI dari sejumlah negara. Misalnya Jepang, Uni Emirate Arab, Singapura, Sri Lanka, dan Maladewa.