Selang dua tahun setelah membawa perusahaan IPO, Entus kemudian ditunjuk menjadi Presiden Direktur PT Wijaya Karya Serang Panimbang pada 2017. Dia bertahan di posisi tersebut hingga 2018, sebelum diangkat sebagai Direktur Keuangan Adhi Karya.
Kala diangkat sebagai Direktur Keuangan, Entus menggantikan Haris Gunawan yang sebelumnya menjabat dengan nomenklatur Direktur Keuangan dan Legal. Haris kemudian diangkat sebagai Direktur Keuangan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dan bertahan sampai sekarang.
Bagi Entus, Direktur Keuangan bukanlah satu-satunya jabatan yang diemban di Adhi Karya. Lulusan Sarjana Universitas Islam Indonesia 1986 juga menjabat sebagai komisaris di anak usaha, yakni PT Adhi Persada Gedung dan PT Adhi Persada Beton. Namanya masih tercatat aktif hingga saat ini.
Pria yang mendapatkan gelar Magister dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM pada 1998 itu tidak hanya memiliki karier yang moncer sejak di Wijaya Karya. Dia juga aktif diorganisasi Serikat Karyawan (Sekar) Wijaya Karya dan menjadi Ketua pada 2008—2009.
Dia diangkat pada 26 Juli 2008. Entus menggantikan Edy Sularso yang harus hengkang ke PT Nindya Karya (Persero) untuk mengisi posisi Direktur Keuangan di perusahaan tersebut.
Sepanjang berkarier di Adhi Karya, kinerjanya bukan kaleng-kaleng. Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih Rp644,15 miliar, tumbuh 24,98 persen terhadap perolehan laba pada 2018.
Kinerja positif kembali berlanjut pada 2019. Periode tahun politik berhasil dilewati dengan pertumbuhan laba 3,05 persen menjadi Rp663,80 miliar. Pertumbuhan pendapatan lebih banyak ditopang oleh laba dari entitas asosiasi bersama.
Kinerjanya diganjar dengan bayaran yang cukup menggiurkan. Pada 2019 saja, total remunerasi yang diterima Entus mencapai Rp362,18 juta. Kini pundi-pundinya bakal kian tebal dengan jabatan baru.
Sebagai gambaran, Budi Harto sebagai Direktur Utama mendapatkan total remunerasi sebesar Rp2,92 miliar pada 2019. Jumlah itu setara kurang lebih delapan kali lipat remunerasi yang didapatkan Entus pada periode yang sama
Meski kantong boleh tambah tebal, tantangan Entus tak lebih ringan. Kini dia harus memimpin perusahaan melewati tantangan pandemi Covid-19 yang entah sampai kapan akan menjadi horor bagi Indonesia, termasuk emiten konstruksi