TEMPO.CO, Jakarta - Kursi kepemimpinan PT Adhi Karya (Persero) Tbk., kini diduduki Entus Asnawi Mukhson, pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan perseroan.
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2019 PT Adhi Karya (Persero) Tbk. yang dilaksanakan pada hari ini memutuskan adanya perubahan direksi dan komisaris perseroan.
Pada susunan direksi, pemegang saham memutuskan untuk mendepak Budi Harto dari posisi Direktur Utama dan Budi Saddewo Soediro dari kursi Direktur Operasi 1.
Posisi Direktur Utama kini diserahkan kepada Entus Asnawi Mukhson yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan. Sementara itu, Posisi Budi digantikan oleh Suko Widigdo.
“Sehingga dengan masih dominannya dari internal,” kata Entus selepas RUPST, Kamis 4 Juni 2020.
Entus menjelaskan posisi Direktur Keuangan yang ditinggalkannya kini diisi oleh Agung Darmawan. Sebelumnya, Agung merupakan Head of Consumer and Retail PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Sementara itu, Suko Widigdo yang menjadi Direktur Operasional 1 sebelumnya berposisi sebagai General Manager Dept. Infrastruktur Adhi Karya.
Entus menggantikan Budi Harto yang menjabat posisi Direktur Utama emiten berkode saham ADHI tersebut sejak April 2016. Adapun, Entus sebelumnya mengisi posisi Direktur Keuangan sejak April 2018.
Pria kelahiran Pandeglang 24 Agustus 1962 tersebut sebelumnya telah melanglang buana di dunia konstruksi. Namun, bukan bersama Adhi Karya. Namanya lebih dulu berkibar saat berkarier di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Namanya pernah mengisi posisi General Manager Keuangan Wijaya Karya pada 2009—2011. Kemudian dia promosi menjadi Direktur Keuangan di PT Wijaya Karya Beton Tbk., anak usaha Wijaya Karya pada periode 2011—2012.
Masih di perusahaan yang sama, dia kemudian ditunjuk menjadi Direktur keuangan dan Sumber Daya Manusia pada 2012—2016. Di periode ini dia membawa perseroan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan itu resmi melantai pada 8 April 2014 dengan harga perdana di level Rp590 per saham. initial public offering (IPO) kala itu terbilang sukses, lantaran Wika Beton mengalami oversubscribed 17,13 kali.