TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia alias Aprindo Roy Mandey mengatakan selama masa pandemi, ritel modern seperti minimarket, supermarket, dan grosir tetap terkena dampak tidak langsung. Pasalnya, pada periode ini masyarakat belanja lebih sedikit di toko swalayan.
"Walau tidak terdampak langsung, tapi basket sizenya sudah turun, karena saat PSBB dilakukan, masyarakat diharapkan untuk tinggal di rumah dan berbelanja lewat telepon atau aplikasi," ujar Roy dalam diskusi daring, Selasa, 2 Juni 2020.
Karena itu, masyarakat yang datang ke toko swalayan kini hanya membeli kebutuhan pokok dan pulang. Karena itu belanja masyarakat tidak lagi sebesar pada kondisi normal. "Tidak ada impulse buying yang signifikan meski tetap bisa buka."
Kondisi ini lah, menurut Roy, yang membuat ritel modern terus tergerus situasi dan industrinya. Dia menuturkan sekitar 50.000 ritel modern tersebar di Tanah Air.
Dari jumlah tersebut ada ritel yang terdampak langsung lantaran harus tutup, misalnya departement store dan speciality store. Sementara yang tidak terdampak langsung adalah ritel yang dikecualikan dalam PSBB seperti minimarket, supermarket, dan grosir.
Untuk ritel yang terdampak langsung, kinerja perseroan terimbas hingga sekitar 90 persen. Sehingga, untuk ritel tersebut tersisa tinggal 8-9 persen melalui kontribusi dari penjualan online. Adapun untuk ritel yang terdampak langsung merasakan imbas 40-50 persen pada kinerjanya.
CAESAR AKBAR