TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pahala Nugraha Mansury menyampaikan bisnis utama perseroan, yaitu penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR), mengalami penurunan yang signifikan karena dampak dari situasi pandemi.
Perseroan mencatat realisasi KPR per Maret 2020 tercatat menurun 40 persen dari awal tahun atau secara year-to-date (ytd) dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu. KPR subsidi masih menyumbang pertumbuhan positif, yaitu tumbuh sebesar 10 persen.
"Jadi, kami benar-benar membedah per sektor, pekerjaannya. Kami membedakan dan melihat segmen lebih tajam, bagaimana melihat customer yang lebih impacted atau yang tidak," katanya, Selasa 2 Juni 2020.
Alhasil, Bank BTN saat ini lebih jeli menangkap peluang bisnis yang masih bisa menyumbang profit. Hal ini dilakukan perseroan dengan melakukan analisis data sektor-sektor mana saja yang sangat terpengaruh pandemi dan yang masih berpeluang tumbuh positif.
Tak hanya itu, Pahala mengatakan pihaknya juga melakukan diferensiasi segmen-segmen mana saja yang masih akan mengalami pertumbuhan, berdasarkan produk, letak geografis, dan jenis pekerjaan nasabah.
Berdasarkan produk, Pahala menyebut KPR yang masih mampu diserap pasar saat ini adalah segmen menengah ke bawah dengan harga Rp500 juta ke bawah, termasuk segmen KPR subsidi.
Di samping itu, Bank BTN juga memacu pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) melalui produk bank assurance.
Pahala mengatakan produk bank assurance unit link misalnya, masih sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dan ini bisa dijadikan peluang bagi Bank BTN.
Menurutnya, di tengah situasi ini juga dapat menjadi kesempatan bagi Bank BTN untuk membangun branding bahwa fokus bisnis perseroan tidak hanya menyalurkan KPR.
"Timing-nya saat ini adalah membangun branding Bank BTN, bahwa kami tidak hanya menyalurkan KPR, tantangannya di situ," tutur Pahala.