Misalnya saja, gaya hidup membawa bekal yang bisa menjamur di masa wabah ini. Sehingga, biaya makan siang pun bisa dikurangi. Belum lagi jam kerja maupun hari kerja yang bisa jadi akan lebih singkat dari sebelumnya, sehingga membuat biaya transportasi berkurang. "Jadi prioritas seseorang pasti akan berubah dan alokasi akan ada perubahan."
Untuk merancang keuangan selama sebulan, Eko mengatakan ada empat hal yang wajib diutamakan, antara lain pengeluaran untuk rutinitas sosial dan agama, pembayaran cicilan utang, investasi, dan proteksi. Pengeluaran pada bidang sosial agama misalnya pembayaran BPJS Kesehatan hingga zakat yang alokasinya 2,5-10 persen dari pemasukan bulanan.
Setelah itu, alokasi dana untuk membayar utang yang besarnya maksimal 30 persen dari pemasukan bulanan. Ia menyarankan agar alokasi cicilan utang diperbesar agar bisa segera lunas. Kendati, di era pandemi ini kerap ada pelonggaran pada cicilan utang. "Tapi hati-hati pengurangan ini bisa berakibat baik maupun buruk. Komposisi keuangan bagus tapi bisa lebih panjang masa berutangnya. Kalau punya dana lebih baik diselesaikan."
Terakhir, alokasi untuk investasi dan proteksi yang masing-masing pada kondisi normal adalah sebesar 10 persen. Pada masa pandemi, Eko menyarankan alokasi untuk proteksi ditambahkan karena situasi yang tidak tertebak. Namun, kebutuhan proteksi bisa dikurangi apabila sudah ditanggung oleh tempat bekerja. Alokasi lebih bisa dialihkan ke investasi.