TEMPO.CO, Malang - Industri pariwisata disarankan tak tergesa-gesa beroperasi seiring segera berlakunya era normal baru atau new normal. Sebab, new normal masih memerlukan masa persiapan, masa transisi, dan masa edukasi yang tak singkat.
Pakar Komunikasi dan Manajemen Krisis Universitas Brawijaya (UB) Maulina Pia Wulandari, memperkirakan “new normal life” yang akan dimulai di beberapa daerah membawa angin segar bagi beberapa sektor industri. Salah satunya yang paling terbantu adalah industri pariwisata. “Namun justru saya menyarankan agar industri pariwisata jangan tergesa-gesa untuk beroperasi kembali,” katanya di Malang, Senin 1 Juni 2020.
Ia menyarankan, industri pariwisata memasuki masa transisi satu sampai tiga bulan dulu di awal new normal. Pelaku usaha wisata harus mempersiapkan tempat bisnisnya sesuaiprotokol kesehatan yang telah dikeluarkan panduannya oleh pemerintah terlebih dahulu.
“Pelaku industri pariwisata juga harus melakukan proses latihan atau simulasi penerapan protokol kesehatan di tempat bisnis pariwisatanya sehingga protokol kesehatan menjadi sebuah kebiasaan bagi pelaku industri pariwisata beserta karyawannya,” katanya.
Selain itu, dia mengatakan pelaku industri pariwisata juga membutuhkan waktu untuk mengedukasi dirinya, karyawan, para wisatawan dan masyarakat di sekitar industri pariwisata untuk disiplin pada protokol kesehatan. "Ini tidaklah mudah untuk mengajak orang lain mengubah perilaku," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Krearif Wishnutama Kusubandio mengatakan penerapan protokol new normal di destinasi pariwisata disesuaikan dengan posisi R0 dan Rt masing-masing daerah. R0 dan Rt merupakan indikator yang digunakan pemerintah sebelum mereaktivasi kegiatan ekonomi.