TEMPO.CO, Jakarta - Meski kondisi kuartal I 2020 mencatatkan kinerja positif, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Silmy Karim memprediksi, kondisi triwulan II 2020 nanti akan berbeda. Sebab, kondisi pasar baja melemah sampai sekitar 50 persen akibat ekonomi Indonesia yang tertekan dampak pandemi virus corona atau Covid-19.
"Melemahnya perekonomian nasional telah berdampak pada industri baja. Hal ini jika berlanjut terus menerus maka diperkirakan akan berdampak pada kinerja di tahun 2020," kata Silmy melalui keterangan tertulis, Jumat 28 Mei 2020.
Setelah 8 tahun, Krakatau Steel berhasil mencatatkan laba bersih pertamanya pada kuartal I 2020 sebesar US$ 74,1 juta.
Sehubungan dengan dampak pandemi pada industri baja, Krakatau Steel sebagai BUMN dengan dukungan pemerintah berusaha menjaga industri hilir dan industri pengguna agar tetap beroperasi.
Industri baja memiliki multiplier effect yang sangat luas khususnya dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan, pengurangan ketergantungan terhadap impor, dan peningkatan daya saing industri nasional.
Silmy juga memperkirakan, industri hilir dan industri pengguna akan menutup lini produksinya karena rendahnya utilisasi jika dampak Covid-19 berlarut-larut.
Silmy menuturkan, apabila industri sempat mati, maka akan sulit untuk dihidupkan kembali. Sebab, dibutuhkan usaha ekstra dan waktu lama serta biaya lebih besar untuk memulihkannya. Dia mengatakan, kondisi ini akan lebih parah jika pasar dalam negeri sudah terlanjur diisi produk impor.
Baca Juga:
“Kami berharap kondisi perekonomian di triwulan III dan triwulan IV akan membaik, sehingga Krakatau Steel dapat kembali meraih keuntungan seperti halnya di triwulan I 2020 dan tahun ini Krakatau Steel dapat membukukan laba seperti yang direncanakan pasca selesainya restrukturisasi Krakatau Steel”, tutur Silmy.