TEMPO.CO, Jakarta -Kendati pertumbuhan ekonomi diperkirakan bakal melambat akibat pandemi Covid-19, kalangan analis memprediksi kinerja pencapaian laba emiten perbankan dinilai masih akan cukup baik pada 2020.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan risiko yang ditanggung emiten perbankan tergolong sedang lantaran masih banyak sektor ekonomi yang tak terdampak yang mampu menunjang pertumbuhan bisnis dan percetakan laba. Selain itu, pemerintah bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan juga memberi banyak relaksasi yang memberi kesempatan perbankan dapat melakukan efisiensi guna menjaga komponen penguat modalnya.
“Kalau mempertahankan percetakan laba positif rasanya masih bisa melihat kondisi mayoritas kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV yang masih kuat,” katanya, Kamis, 28 Mei 2020.
Meski demikian, Alfred menyebutkan kepercayaan investor masih sangat terpengaruh pada ekonomi riil yang belum diyakini secara penuh untuk tumbuh baik tahun ini. Hal ini dikhawatirkan mempengaruhi kualitas kredit, dan membuat kinerja bank tertekan dalam akibat banyaknya write off kredit.
Selain itu, sentimen negatif juga berasal dari investor luar negeri yang masih belum berinvestasi secara total ke pasar dalam negeri. “Namun, kalau kita lihat sentimen positif sudah mulai terlihat karena pelonggaran pembatasan sosial. Dan ini termasuk berpengaruh pada perbankan,” katanya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee berpendapat laba emiten perbankan tetap memiliki potensi penurunan meski tidak dalam. Menurut dia, penurunan kinerja percetakan laba pada kuartal kedua tahun ini lantaran kredit yang tertahan sehingga membuat kinerja secara tahunan tergerus. “Namun, perbankan kita memang sedikit terbantu karena relaksasi restrukturisasi yang membuat laba tidak terlalu turun,” katanya.
Dalam perdagangan Kamis, 28 Mei 2020, saham emiten perbankan menjadi salah satu yang paling banyak diburu investor asing. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tercatat menjadi yang paling aktif diperdagangkan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham emiten bersandi BBRI tersebut memimpin daftar saham teraktif yang paling diburu oleh investor asing dengan total pembelian saham mencapai sekitar 156,79 juta lembar saham.
Saham berikutnya yang paling diburu oleh investor asing adalah saham PT Bank Permata Tbk. (BNLI) dengan total pembelian saham mencapai sekitar 33,89 juta lembar saham. Harga saham BBRI dan BNLI masing-masing ditutup di level Rp2.730 dan Rp1.280 per lembar pada perdagangan hari ini.
Adapun pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tajam 1,61 persen atau 74,63 poin ke level 4.716,18. Sepanjang perdagangan hari ini, indeks bergerak dalam kisaran 4.638,81–4.741,6.
Sebanyak 7 dari 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah positif, dipimpin finansial (+3,92 persen) dan aneka industri (+3,15 persen). Tiga sektor lainnya berakhir di zona merah, dipimpin infrastruktur (-1,3 persen).
BISNIS.COM