TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI kehilangan 90 hingga 93 persen pendapatan dari penumpang akibat Covid-19. Kini, pendapatan KAI dari penumpang tinggal 7 sampai 10 persen saja dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
“Ini sangat terdampak,” kata Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 23 Mei 2020.
Dalam kondisi normal, KAI bisa meraup pendapatan dari penumpang mencapai Rp 20 sampai Rp 25 miliar dalam satu hari. Di hari besar dan libur nasional, angkanya bisa mencapai Rp 39 miliar per hari.
Namun akibat adanya larangan mudik di tengah Covid-19, KAI hanya bisa mengumpulkan pendapatan Rp 400 juta per hari. Pendapatan ini disumbang dari Kereta Commuter Line Jabodetabek dan angkutan Kereta Luar Biasa (KLB) yang dijalankan untuk penumpang tertentu.
Situasi ini, kata Didiek, mulai terjadi ketika kebijakan work from home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan sejak akhir Maret 2020. Dampaknya, pendapatan PT KAI sepanjang April 2020 hanya mencapai Rp 32 miliar saja.
Didiek mengakui saat ini PT KAI tengah mengalami arus kas operasional yang defisit atau defisit cash flow operational. Meski demikian, ia memastikan likuiditas keuangan PT KAI masih dalam posisi yang aman. Sebab, di saat bersamaan mereka juga tengah melakukan efisiensi biaya operasional.
FAJAR PEBRIANTO