TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core Indonesia), Piter Abdullah Redjalam mengatakan besar defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 masih dipenuhi ketidakpastian. Pasalnya, hingga kini, wabah Virus Corona alias Covid-19 di Tanah Air tak kunjung selesai juga.
"Karena itu, ke depan kita juga tidak bisa pegang apakah pelebaran defisit itu akan berhenti di situ selama 2020 atau bisa berubah lagi, ini masih penuh ketidakpastian. Kita masih belum tahu akan seperti apa bulan depan dan berikutnya, angka akan berubah terus," ujar Piter dalam diskusi daring, Selasa, 19 Mei 2020.
Piter mengatakan kondisi yang terjadi di Tanah Air saat ini dipenuhi ketidakpastian. Penanganan wabah yang mulanya diprediksi berlangsung sekitar tiga hingga lima bulan, kini menjadi semakin tidak tertebak. "Sekarang tidak ada jaminan itu terjadi."
Ketidakpastian pada jangka waktu penanganan Corona, kata Piter, akan membuat anggaran juga menjadi tak pasti. Sebab, ia menuturkan penanganan wabah sangat berkorelasi dengan besar anggaran yang dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit dan dampaknya.
Di samping itu, Piter pun menilai anggaran yang dialokasikan pemerintah pada stimulus ekonomi jilid III yang sebesar Rp 405 triliun juga tidak didasari pada perhitungan yang kuat. Sehingga, angka itu berpotensi berubah. "Kemudian sekarang angka itu berubah, terutama angka di program pemulihan ekonomi nasional."
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2020 sebesar Rp 1.028 triliun tahun ini. Nilai tersebut setara dengan 6,27 persen terhadap Produk Domestik Bruto atau lebih besar dari target defisit APBN yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 yang sebesar 5,07 persen atau Rp 852,9 triliun.
"Outlook defisit APBN 2020 lebih besar disebabkan adanya kontraksi terhadap penerimaan negara, " kata Sri Mulyani dalam pertemuan virtual Senin, 18 Mei 2020. Sebaliknya, kata dia, belanja negara justru meningkat karena ada pandemi virus corona Covid-19.
Sri Mulyani menuturkan defisit itu dalam rangka mendorong ekonomi agar tetap bisa bertahan dalam menghadapi tekanan Covid-19. Adapun pendanaan defisit akan dilakukan melalui pembiayaan dan pengadaan surat berharga.
CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI