TEMPO.CO, Jakarta - Pembatalan berbagai kegiatan "Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition/MICE" di Pulau Dewata telah memukul ekonomi Bali. "Perlambatan ekonomi Bali sebesar -1,14 persen termasuk yang paling dalam di Indonesia, bersama dengan Yogyakarta," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho saat membuka acara Survei Bicara (Surya) Diseminasi Hasil Survei Bank Indonesia secara virtual, di Denpasar, Selasa 19 Mei 2020.
Menurut Trisno, pada triwulan I-2020 Bali mengalami perlambatan ekonomi cukup dalam karena selama ini daerah setempat sangat menggantungkan dari sektor pariwisata. Tetapi karena pandemi COVID-19, kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik melorot tajam, demikian juga kegiatan MICE berskala nasional dan internasional yang sebelumnya telah dijadwalkan menjadi dibatalkan sejak Februari lalu. "Wisata MICE selama ini telah memberikan dampak yang besar bagi Bali karena pengeluarannya lebih besar hingga tujuh kali dibandingkan wisata individual," ujar dia.
Demikian juga kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang turun tajam. Dari semula kunjungan berkisar 500 ribu wisatawan pada Januari, menjadi tinggal 165 ribu turis pada Maret.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan sejauh ini sekitar 54-58 persen perekonomian Bali disumbang dari sektor pariwisata. Setelah pandemi, pada triwulan I-2020 jumlah kunjungan wisman ke Bali turun hingga -21,82 persen (yoy). Penurunan tersebut semakin dalam memasuki bulan April dan Mei 2020 dengan semakin terbatasnya jumlah penerbangan internasional dan domestik.
"Dari 1 Januari-5 Mei 2020, kunjungan kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali turun hingga -44,23 persen dan untuk kedatangan wisatawan domestik sebesar -35,27 persen," ucap Rizki.