TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan transportasi online Uber memangkas lebih dari 3.000 karyawan dalam hanya kurang dua minggu setelah putaran awal pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dalam emailnya kepada karyawan Senin, 18 Mei 2020, CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan Uber akan menutup atau mengkonsolidasikan 45 kantor di seluruh dunia. Uber pun sedang mempertimbangkan perampingan untuk bisnis lain, seperti pengiriman.US$
"Neraca kami kuat, (Uber) Eats sangat baik, wahana terlihat sedikit lebih baik, mungkin kita bisa menunggu virus ini keluar ... Saya ingin ada jawaban yang berbeda," kata Khosrowshahi kepada karyawan via email, seperti dilaporkan CNCB.
"Biarkan aku berbicara dengan beberapa CEO lagi ... mungkin salah satu dari mereka akan memberitahuku kabar baik, tetapi tidak ada kabar baik untuk didengar."
Babak terakhir perampingan Uber, pada 6 Mei, mempengaruhi 3.700 karyawan, yang merupakan 14 persen dari tenaga kerja Uber saat itu. Gelombang PHK baru ini akan meninggalkan Uber dengan sekitar 20 ribu karyawan.
Khosrowshahi mengatakan kepada karyawan dalam email bahwa Uber telah "bekerja untuk memberikan manfaat pesangon yang kuat dan dukungan lain bagi mereka yang meninggalkan Uber, seperti cakupan layanan kesehatan dan direktori bakat alumni."
Dalam pengajuan dengan Komisi Sekuritas dan Bursa pada hari Senin, Uber memperkirakan mengeluarkan US$ 175 juta hingga US$ 220 juta terkait dengan PHK sebagian besar pada kuartal kedua 2020, termasuk sekitar US$ 110 juta hingga US$ 140 juta yang terkait dengan pesangon.
Biaya itu sudah termasuk untuk penutupan kantor perwakilan di beberapa negara.
ANTARA