TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk Ryan Kiryanto mengatakan deflasi mungkin terjadi pada Mei 2020. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain Ramadan dan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB selama wabah Covid-19.
"Sepanjang Mei, sepanjang Ramadan, kegiatan konsumsi mungkin berkurang. Ditambah lagi, kehendak orang berkonsumsi terkendala social distancing atau physical distancing," ujar Ryan dalam konferensi video, Senin, 18 Mei 2020.
Rendahnya angka inflasi sudah terlihat sejak April 2020. Bulan lalu, Badan Pusat Statistik mencatat 51 kota mengalami deflasi, sementara 39 kota mengalami inflasi. Hasilnya, angka inflasi pada April sangat tipis yaitu 0,08 persen. "Ini situasi mencengangkan."
Menurut Ryan, ada dua faktor yang diduga menyebabkan inflasi yang rendah tersebut. Pertama, adalah terkendalanya tingkat konsumsi masyarakat pada periode tersebut. Selain itu, pemberlakuan PSBB disebut berandil pada rendahnya angka inflasi tersebut.
Pemberlakuan PSBB membuat mobilitas orang, barang, dan transportasi tidak bebas lagi. Faktor tersebutlah yang diduga Ryan membuat konsumsi melemah di 51 kota hingga terjadi deflasi.
"BI memperkirakan kemungkinan inflasi Mei lebih rendah bahkan bisa terjadi deflasi, di mana mayoritas kota mungkin akan mengalami deflasi atau inflasi negatif," ujar Ryan.
Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan inflasi 2020 terkendali dan berada pada sasaran. Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu II Mei 2020, perkembangan harga-harga pada Mei 2020 diprakirakan deflasi -0,04 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya.
"Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,80 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,08 persen (yoy)," kata Onny dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Mei 2020.
Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain komoditas telur ayam ras (-0,09 persen), bawang putih (-0,05 persen), cabai merah (-0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), emas perhiasan (-0,02 persen), kangkung dan bayam masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu daging ayam ras (0,05 persen), bawang merah (0,03 persen), angkutan udara (0,03 persen), udang basah, ikan tongkol, jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI