TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Umum Bulog baru menyerap gabah beras petani secara nasional sebesar 320 ribu ton hingga 17 Mei 2020. Angka ini setara dengan 22 persen dari target penyerapan 2020.
"Target kami sampai akhir tahun nanti akan menyerap 1,4 juta ton gabah beras," tutur Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perusahaan Umum Bulog Tri Wahyudi dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin, 18 Mei 2020.
Secara rinci, pada Januari, Bulog telah menyerap 6.935 ton gabah beras. Realisasi penyerapan pada awal tahun 2020 melampaui penyerapan pada periode yang sama 2019 yang hanya 5.467 ton.
Kemudian, pada Februari, perusahaan pelat merah menyerap 39 ribu ton beras atau melampaui realisasi 2019 yang hanya 6.365 ton. Selanjutnya, pada Maret 2020, penyerapan beras Bulog tercatat 43 ribu ron atau lebih rendah dari 2019 yang mencapai 64 ribu ton.
Realisasi penyerapan gabah beras yang lebih rendah dari tahun lalu juga terjadi pada April 2020. Bulan itu, Bulog menyerap 150 ribu ton beras. Sedangkan di bulan yang sama pada 2019, Bulog berhasil menyerap 305 ribu ton beras.
Tri mengatakan, pada Juni mendatang, Bulog menargetkan penyerapan gabah beras akan meningkat menjadi 600 ribu hingga 650 ribu ton atau dua kali lipat dari realisasi saat ini. Ia optimistis target ini akan tercapai lantaran per hari, perusahaan bisa menyerap 10 ribu hingga 15 ribu ton.
Untuk mengejar target itu, ia memastikan telah meneken kontrak penyerapan beras dengan berbagai mitra di sejumlah wilayah. "Di daerah yang sudah panen, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Jawa bagian selatan kami kerja sama dengan mitra besar, termasuk kelompok tani," ucapnya.
Setelah diserap, beras akan didistribusikan ke daerah-daerah dengan produksi yang masih minim atau yang belum memasuki masa panen. Misalnya, beras dari Sulawesi bakal dikirimkan ke wilayah timur Indonesia. Sedangkan beras di NTB akan dikirimkan sebagian ke gudang-gudang Bulog yang berada di Bali dan NTT.