TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan I tahun 2020 sebesar US$ 389,3 miliar atau sekitar Rp 5.793 triliun (kurs Rp 14.879 per dolar AS).
Utang luar negeri tersebut mayoritas berasal dari sektor swasta termasuk BUMN sebesar US$ 205,5 miliar atau sekitar Rp 3.059 triliun. Sisanya, sebesar US$ 183,8 miliar atau sekitar Rp 2.736 triliun berasal dari sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral.
"ULN Indonesia tersebut tumbuh 0,5 persen (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,8 persen (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Mei 2020.
Posisi ULN Pemerintah pada akhir triwulan I 2020 tercatat sebesar US$ 181 miliar atau terkontraksi -3,6 persen (yoy). Hal ini berbalik dari kondisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,1 persen (yoy).
Penurunan posisi ULN Pemerintah tersebut antara lain dipengaruhi oleh arus modal keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pembayaran SBN yang telah jatuh tempo. "Pengelolaan ULN Pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas pada sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," ujar Onny.
Sektor produktif tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,1 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,3 persen), sektor jasa pendidikan (16,0 persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (13,3 persen), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,5 persen).
ULN swasta pada akhir triwulan I 2020 tumbuh 4,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6 persen (yoy). "Perkembangan ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan," kata Onny.
Pada akhir triwulan I 2020, ULN lembaga keuangan terkontraksi -2,3 persen (yoy), berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,6 persen (yoy). ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga tumbuh melambat dari 7,6 persen (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi 6,7 persen (yoy) pada triwulan I 2020.
Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,7 persen dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan. "Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ujar Onny.
Struktur utang yang sehat itu tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan I 2020 sebesar 34,5 persen. Angka itu turun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 36,2 persen. Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,4 persen dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, kata Onny, Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Menurut dia, peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.