TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Properti Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar khawatir lantaran sebanyak 30,3 juta pekerja di bidang properti terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) karena pandemi virus Corona. Skenario terburuk ini dimungkinkan terjadi apabila seluruh bisnis properti ambruk lantaran tak dapat bertahan akibat melemahnya ekonomi.
"Jumlah tenaga kerja yang akan terdampak langsung ini jumlahnya sangat besar dan tak main-main. Belum lagi ditambah dengan sektor informal yang juga ikut terdampak seperti sewa kontrakan dan warung-warung untuk para pekerja lapangan,” ujar Sanny, Kamis, 14 Mei 2020.
Dari 30,3 juta pekerja, sebanyak 18,7 juta bekerja di sektor pengembang non-MBR (hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah) dan non-Tbk. Lalu, 44 ribu lainnya di pengembang Tbk dan 327 ribu sisanya di pengembang MBR. Kemudian, 3,8 juta orang bekerja di sektor properti yang terkait langsung dan 7,3 juta lainnya di sektor properti yang tidak terkait langsung.
Sanny menyebut, saat ini pengusaha tengah berupaya untuk megantisipasi adanya PHK massal dengan berbagai cara. Kebijakan ini sesuai dengan yang diminta oleh pemerintah agar pengusaha menahan adanya pemutusan hubungan kerja.
Namun, sebagai kompensasi, Sanny mengungkapkan, pengusaha meminta pemerintah mendukung penuh sektor properti dengan memberikan sejumlah stimulus. Menurut dia, seandainya industri properti bertahan, keberadaannya akan berkontribusi mendongkrak langsung pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Apindo bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), sektor properti sepanjang 2019 telah memberikan sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 2,7 persen. Kontribusi ini dimungkinkan akan meningkat seandainya pemerintah memberikan kebijakan yang terintegrasi untuk pendanaan, perizinan dan pertanahan, perpajakan, hingga kepemilikan.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Properti, Hendro Gondokusumo menuturkan, saat ini ada 175 sektor industri yang bergerak di bidang properti. Dalam situasi sekarang ini, kata dia, pergerakan sektor properti dalam negeri harus dioptimalkan untuk ikut kembali membangkitkan ekonomi.
"Industri properti Indonesia itu 90 persen kandungannya adalah lokal, bahkan 100 persen untuk rumah sederhana. Ini sangat strategis untuk menggerakkan perekonomian," tutur Hendro.