TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Peretail Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengeluhkan sulit mendapatkan stok gula untuk bisa dipasarkan kepada masyarakat sesuai harga eceran tertinggi atau HET Rp 12.500 per kilogram. Pihaknya pun menyatakan sudah alami kesulitan menjual dengan harga gula yang diminta pemerintah itu sejak awal tahun 2020 ini.
Roy menjelaskan, industri retail sejatinya berada di hilir dalam alur distribusi gula. "Artinya sangat tergantung dengan keberadaan produsen atau hulu atau antara yang membawa barang dari hulu untuk bisa sampai ke kami kemudian kami akan salurkan kepada masyarakat," katanya saat webinar Ketahanan Pangan Selama dan Pasca Covid-19, Kamis 14 Mei 2020.
Dengan kondisi pandemi corona, Roy mengatakan, industri retail di hilir tak mendapatkan pasokan gula dari produsen ataupun importir gula yang mendapatkan penugasan oleh pemerintah. Tak ada produsen gula swasta yang memberikan harga gula sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Dalam catatannya, kata Roy, produsen gula swasta hanya ingin menjual kepada retail pada kisaran Rp 14 ribu per kilogram. Sehingga pihaknya tak bisa mengambil gula tersebut karena terpatok pada aturan untuk menjual gula sesuai HET.
"Ketika kami kesulitan (pasokan gula), dari pabrik gula swasta juga tidak bisa memberikan kepada kami karena mereka lebih menguntungkan menjual ke pasar tradisional," ucap Roy. Produsen gula swasta bisa menjual di pasar tradisional dengan harga Rp 18 ribu sampai Rp 22 ribu, sementara retail modern meminta harga Rp 12.500 per kilogram.
Belakangan, setelah diketahui ada kelebihan alokasi gula rafinasi sebanyak 160 ribu ton pada industri makanan dan minuman, Aprindo meminta arahan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. "Akhirnya diberikan arahan dan support (oleh Mendag) agar kami bisa mendapatkan stok gula kelebihan rafinasi itu yang sudah layak dikonsumsi," ucapnya.
Namun, dari 160 ribu ton itu, ternyata yang tersisa dan bisa diakses pengusaha retail hanya 93 ribu ton. Roy pun mempertanyakan, sisa dari 67 ribu ton yang menghilang hanya dalam waktu dua hari. Gula tersebut juga tak bisa langsung dijual ke masyarakat karena sudah ada perjanjian sebelumnya sejumlah stok akan dikirimkan ke pihak lain.
Walhasil, kata Roy, Aprindo hanya mendapat jatah 30 ribu ton gula pasir untuk dipasarkan pada bulan Mei ini. "Itu gak bisa maksimal (turunkan harga) kalau cuma 20-25 persen (30 ribu ton) dari total yang kita harapkan."