Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arianti Anaya enggan mengomentari lebih lanjut soal rapid test Biozek yang diragukan akurasinya. "Masih banyak rapid test lain," ujar Arianti.
Adapun Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menolak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tempo terkait kabar rendahnya akurasi rapid test Biozek yang diimpor Kimia Farma. Ia mengatakan hanya akan bersedia memberikan tanggapan apabila sudah ada hasil uji klinis alat tersebut tidak efektif digunakan di Indonesia.
"Saya berkenan diwawancarai apabila sudah ada bukti klinis atau hasil laboratorium bahwa alat tersebut tidak akurat," kata Arya.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan belum mengetahui secara detail soal kabar rendahnya akurasi rapid test Biozek. Namun, Wiku menuturkan pada dasarnya penggunaan alat tes cepat yang beredar di pasaran seharusnya diuji petik terlebih dahulu oleh Kemenkes. Seharusnya, kata Wiku, alat tes tersebut bisa diuji di rumah sakit yang menangani Covid-19.
"Secara umum, semua materi alat tes itu harus dicek secara uji petik untuk mengetahui kualitasnya," ujar Wiku.
Wiku berujar Gugus Tugas sudah memberikan daftar rekomendasi rapid test yang bisa digunakan, sehingga bisa memenuhi kebutuhan dari produk lain. Jika memang rapid test Biozek tidak akurat, Wiku mengatakan seharusnya alat tersebut tidak bisa dipakai. Menurut dia, tidak menutup kemungkinan jika rapid test Biozek tidak efektif, maka distribusi produknya akan ditarik.
"Tetapi, ini perlu dibuktikan terlebih dahulu. Kami pastikan semua yang beredar semua sudah diuji efektivitasnya," ujar Wiku.
LARISSA HUDA | VINDRY FLORENTIN | MAJALAH TEMPO