TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 akan lebih rendah ketimbang pada triwulan I 2020.
"Walaupun dibandingkan dengan negara lain kita tidak terlalu buruk, tapi itu karena kita belum mulai full (terdampak Virus Corona). Jadi triwulan II diperkirakan kondisi ekonomi Indonesia akan lebih parah ketimbang triwulan I," ujar Destry dalam diskusi virtual, Rabu, 13 Mei 2020.
Pada triwulan I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diumumkan sebesar 2,97 persen. Angka ini, menurut Destry, lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia dan pemerintah.
"Kami masih memprediksi pertumbuhan kuartal I 2020 masih bisa sekitar 4 persen karena PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) baru berlaku Maret," kata Destry.
Secara umum, ujar dia, sejumlah lembaga dunia memperkirakan akan terjadinya resesi ekonomi pada tahun ini. "Potensi terjadi resesi global tidak bisa dihindarkan."
Misalnya saja JP Morgan yang memperkirakan pertumbuhan global tahun ini -1,1 persen, EIU -2,2 persen, IMF -3 persen, G.Sachs -3,1 persen, HSBC -3,3 persen, dan Fitch -3,9 persen.
Dalam kondisi seperti itu, Destry mengatakan pemerintah dan bank sentral di berbagai negara sudah melonggarkan fiskal dengan defisit fiskal semakin besar. Belakangan pun sejumlah negara telah melakukan pelonggaran kuantitatif, hingga mencetak uang.
Namun, persoalan yang dihadapi saat ini, kata Destry, adalah aktivitas bisnis yang tidak normal. "Sekarang hampir semua negara easing policy, sehingga sebenarnya likuiditas melimpah, tapi aktivitas ekonomi masih belum normal."
CAESAR AKBAR