TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH) Migas Fanshurullah Asa menyampaikan sejumlah dampak pandemi corona atau Covid-19 di sektor industri minyak dan gas bumi. Salah satunya penyaluran Jenis BBM Tertentu (JBT) yang mencakup solar dan minyak tanah bersubsidi, mengalami penurunan hampir 20 persen.
“Untuk solar turun 19 persen dibandingkan tahun lalu, kerosene (minyak tanah) 19 persen,” kata Fanshurullah dalam seminar online bersama Fakultas Hukum Universitas Padjdjaran pada Jumat, 8 Mei 2020.
BPH Migas mencatat realisasi BBM sepanjang tahun ini tumbuh minus 12,5 persen. Di tahun sebelumnya, penyeluran BBM tumbuh mencapai 1,3 persen sampai 5,9 persen.
Selain JBT, penurunan pertumbuhan terbesar terjadi pada Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) alias bensin non subsidi premium yaitu sebesar 15,3 persen. Kemudian Jenis BBM Umum (JBU) seperti Pertalile dan Pertamax Series turun 13,4 persen.
Kondisi ini, kata dia, juga terlihat dari penjualan minyak Pertamina yang turun. Di Jakarta dan sekitarnya, penjualan turun 50 persen. Sementara secara nasional, penjualan minyak Pertamina turun 34 persen.
Turunnya penjualan minyak ini, kata Fanshurullah, terjadi karena permintaan yang rendah di tengah Covid-19. Saat ini saja, kata dia, dunia sedang mengalami kelebihan pasokan minya. Sehingga, harga pun jatuh. “Sekarang minyak bertumpuk, penuh itu kapal akibat lockdown,” kata dia.
Di tengah situasi ini, BPH Migas sebenarnya berharap harga BBM di masyarakat bisa turun sebagai aspek keadilan. Namun, BPH Migas tidak memiliki kewenangan untuk mengintervensi harga. Mereka hanya mengatur ketersediaan BBM di masyarakat. “Tapi di satu sisi, keputusan pemerintah pasti sudah mempertimbangkan berbagai aspek,” kata dia.