TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia mengatakan investor asing tertarik membeli Surat Berharga Negara. Hal itu karena tingkat imbal hasil atau yield SBN 10 tahun sekitar 8 persen.
"Itu menarik bagi investor asing untuk membeli SBN kita. Dan insya Allah, kalau masalah Covid ini relatif stabil, itu akan juga membawa inflow ke depan, dan mendukung nilai tukar rupiah," kata Perry dalam siaran langsung, Rabu, 6 Mei 2020.
Dia menuturkan yield sekarang ini di Amerika Serikat kurang lebih sekitar 0,4 persen. Hal itu menunjukkan perbedaannya sekitar lebih dari 7,5 persen dibanding SBN Indonesia.
Adapun Perry Warjiyo mengatakan aliran modal asing atau inflow kembali masuk ke Surat Berharga Negara yang diterbitkan pemerintah baik di pasar primer maupun sekunder. BI, kata dia, mencatat hingga 5 Mei aliran modal asing masuk Rp 1,17 triliun.
"Inflow SBN mulai keliatan di April dan di Mei Insyaallah akan kelihatan, Juni akan lebih keliatan lagi," kata Perry.
Dia menuturkan pada pekan pertama April terjadi inflow Rp 5,73 triliun, namun pada pekan kedua terjadi outflow Rp -7,98 triliun yang dipengaruhi teknikal, dan pekan ketiga April outflow Rp -2,41 triliun. Namun pada pekan keempat April inflow terjadj lagi Rp 0,1 triliun dan Rp 2,42 triliun.
Padahal, kata dia, di Maret outflow terjadi sangat besar Rp 121,26 triliun. Hal itu terjadi karna terjadi kepanikan di pasar keuangan global.
"Tapi di April mulai terjadi inflow. Dan di April keseluruhan outflow jauh lebih kecil, yaitu Rp 2,14 triliun. Ada tiga minggu outflow, dua minggu outflow," ujarnya.
Dia juga menugatakan data historis aliran modal asing dari 2011 hingga 2019 terhadi periode outflow rata-rata makismal 4 bulan sebesar Rp 29 triliun. Lalu selanjutnya setelah periode itu, terjadi inflow 21 bulan sebesar Rp 209,2 triliun.
"Ini yang mendasari kenapa SBN masuk inflow masuk dukung pembiayaan pemerintah tangani Covid dan dukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depan," kata dia.
HENDARTYO HANGGI