TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia atau (BEI) Inarno Djajadi mengatakan ada kenaikan jumlah Single Investor Identification (SID) atau identitas tunggal investor sejak awal tahun. Padahal, kata Inarno, modal asing keluar (capital outflow) terus terjadi sejak awal tahun akibat pandemi Covid-19. Hingga Maret lalu, total SID saham mencapai 1.160.542 akun. Jumlah itu meningkat 55.932 akun atau 4,82 persen dibandingkan dengan posisi awal 2020.
"Salah satu faktornya, kepercayaan investor lokal mulai pulih. Selain itu, beberapa saham memang sudah terlihat murah sekali," ujar Inarno kepada Tempo, Jumat 1 Mei 2020.
Selain itu, Inarno mengatakan kenaikan tersebut juga bisa dikaitkan dengan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang ada beberapa emiten memberikan deviden yang fantastis. Secara keseluruhan, Inarno mengatakan ada penambahan 194.685 investor atau 7,84 persen dari sejak awal 2020 hingga Maret. Dengan demikian, SID total saham, reksa dana, dan obligasi sebanyak 2.679.039 per akhir Maret 2020.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fauzi mengatakan SID saham masih tumbuh hingga April lalu. Berdasarkan data terakhir hingga kemarin, jumlah SID saham sudah mencapai 1.179.264 akun. Dengan begitu, ujar Hasan, ada penambahan SID saham baru sebanyak 74.654 atau tumbuh 6,8 persen. Menurut Hasan, pertumbuhan signifikan tersebut berasal dari minat pembukaan SID di kalangan investor domestik ritel.
"Sosialisasi dan edukasi yang selama ini kami jalankan, serta tren penurunan harga-harga saham unggulan di bursa, rupanya menarik minat dan dinilai sebagai peluang investasi dari para investor baru," ujar Hasan.
Meski ada kendala di tengah kondisi pandemi, Hasan mengatakan bursa bersama anggota dan manajer investasi mitra secara intensif tetap memberikan sosialisasi dan edukasi bagi para investor dan calon investor melalui lewat daring. Selain itu, tutur Hasan, bursa juga telah menyediakan laman khusus untuk melakukan pembukaan rekening efek dan rekening dana investor secara online.
"Target tahun ini, pertumbuhan jumlah SID atau investor pasar modal secara total, --baik investor saham, reksadana, surat utang, dan efek lainnya, diharapkan mencapai 25 persen," tutur Hasan.
Ekonom dari Universitas Perbanas Piter Abdullah menilai jatuhnya harga saham selama wabah Covid-19 membuat pasar saham menjadi menarik dengan tawaran keuntungan jangka panjang yang cukup besar. Apalagi, kata Piter, saham bluechips sudah diskon hingga 50 persen, sehingga dinilai sebagai periode yang baik untuk membeli saham.
Piter memprediksikan tren investor mulai masuk pasar modal bisa berlanjut hingga Mei-Juni nanti, sebelum harga saham sepenuhnya rebound. Untuk menghadapi situasi tersebut, Piter mengatakan sebaiknya investor untuk menjaga likuiditas dan jangan dihabiskan semuanya. "Koleksi saham bluechips yang sudah murah, tetapi tetap jaga likuiditas, sisakan dana untuk mengantisipasi kondisi memburuk, misal harga saham jatuh melebihi perkiraan," ujar Piter.