TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Sektor Minerba Irwandy Arif mengatakan ada dua penyebab menurunnya kinerja sektor mineral dan batu bara (minerba) di tengah pandemi corona ini. Yang pertama kegagalan pasar, dan kedua adalah kegagalan kebijakan.
Ia menjelaskan, kegagalan pasar adalah kondisi di mana permintaan dan penawaran tak mengalami keseimbangan. Irwandy mencontohkan harga minyak dunia yang saat ini anjlok karena pandemi Corona. Hal itu dikarenakan mobilitas pada sektor transportasi serta manufaktur dibatasi, sehingga menyebabkan penurunan permintaan terhadap bahan bakar.
"Sama seperti minyak, sektor minerba juga begitu. Nggak bisa berhenti produksinya, harus dilakukan terus, begitu pasarnya nggak jalan, semua tambang tidak akan berkembang," ujar Irwandy dalam diskusi virtual Rabu, 29 April 2020.
Adapun faktor selanjutnya adalah kegagalan kebijakan atau peraturan yang disusun pemerintah tak bisa menangani kegagalan pasar tersebut. Sebaliknya, malah terjadi hal yang tak diinginkan.
Meski begitu, Irwandy mengatakan pandemi virus Corona atau Covid-19 saat ini belum begitu berpengaruh terhadap sektor minerba. Ia memprediksi, sektor minerba baru akan terdampak cukup parah pada triwulan II/2020.
"Pengaruh Covid-19 ini belum terlalu kelihatan di kuartal I 2020, periode Januari-Maret, kami punya datanya untuk membuktikan pernyataan ini. Nah, yang akan sedikit was-was adalah bagaimana nasib di 3 kuartal yang akan datang," kata Irwandy.
Oleh karena itu, Irwandy menegaskan, tata kelola pertambangan harus beralih dari natural resources capital menjadi sustainable growth atau disertai pengembangan yang berkelanjutan. "Harus ada penemuan dan pengembangan, lalu nilai SDA harus disalurkan ke pemerintah melalui pajak. Kemudian, nilai yang cukup dari SDA harus masuk dalam pembentukan aset dan pembentukan aset tersebut harus melalui investasi domestik," tuturnya.
EKO WAHYUDI