TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengakui stok komoditas gula di dalam negeri terancam defisit karena pasokan yang tersedia tak sebanding dengan jumlah konsumsi masyarakat. Namun, menurut dia, kondisi itu akan terselamatkan setelah impor gula terealisasi.
"Kalau impor-impor itu datang semua, termasuk pengolahan gula rafinasi menjadi gula konsumsi terealisasi sesuai waktu yang dijadwalkan, kita tidak akan defisit lagi," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Rabu, 29 April 2020.
Menurut Budi, persoalan defisit gula sejatinya telah dibahas dalam rapat koordinasi dengan Kementerian Perekonomian dan Kementerian Perdagangan pada Maret 2020. Dalam surat Menteri Perdagangan kepada Presiden Jokowi pada 17 Maret 2020, pemerintah menghitung stok gula kala itu semestinya 652.608 ton dan cukup sampai akhir Maret 2020.
Namun kenyataannya, stok yang tersedia di lapangan hanya 421.650 ton. Masalah itu terjadi karena perkiraan produksi gula pada 2019 tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ditambah lagi, tidak terealisasinya izin impor oleh Perum Bulog sebesar 30 ribu ton pada Desember 2020.
Dengan demikian, tercatat negara mengalami kekurangan 230.958 ton gula dan pasokan yang ada hanya cukup sampai Februari 2020. Dari kondisi itu, kata Budi, Kementerian Perdagangan sejatinya telah mengambil keputusan untuk menerbitkan surat perizinan impor sebesar 368.172 ton yang akan dipasarkan pada akhir Maret 2020.