TEMPO.CO, Jakarta - Produksi Gas PT Pertamina Hulu Mahakam mencetak rata-rata produksi gas di wilayah kerja Mahakam sebesar 658,5 mmscfd pada triwulan I 2020. Capaian itu tercatat melampaui target teknis Work Program & Budget (WP&B) tahun ini yang sebesar 590 mmscfd. Sementara itu, produksi likuid, yaitu minyak dan kondensat, mencapai 30,34 kbpd, sedikit lebih tinggi daripada target teknis WP&B 2020 yakni 28,43 kbpd.
General Manager PHM, John Anis, mengatakan bahwa produksi gas dan minyak bumi di WK Mahakam hingga Kuartal 1 2020 tetap baik, dan sejauh ini tidak terdampak oleh pandemi Covid-19. “Kami tetap berjuang dan berdoa agar wabah yang tengah merebak ini tidak mempengaruhi kinerja produksi PHM di WK Mahakam, namun ke depan hal yang harus kita cermati dan menjadi keprihatinan bersama adalah dampak penurunan harga minyak mentah dunia terhadap permintaan produksi migas kami,” kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 28 April 2020.
Sebagaimana diketahui, harga minyak mentah dunia telah anjlok hingga mencapai US$ 30 per barel, sebagai akibat dari banjir pasokan di pasar ditambah lemahnya permintaan global buntut kebijakan lockdown yang diterapkan banyak negara untuk menanggulangi penyebaran Covid-19. John berharap dalam situasi lemahnya permintaan ditambah harga minyak mentah dunia yang rendah Pemerintah bersedia memberikan bantuan terhadap industri hulu migas demi mengurangi tekanan.
Sejauh ini, meski mengelola wilayah kerja migas yang telah berada pada fase penurunan produksi secara alamiah, John mengatakan perseroan tetap berupaya berkontribusi bagi penerimaan negara. Misalnya dengan efisiensi biaya melalui berbagai inovasi terutama dalam kegiatan pengeboran dan pemeliharaan sumur. Penghematan ini dinilai bisa menurunkan juga biaya-biaya yang harus dibayarkan kembali oleh pemerintah alias cost recovery kepada kontraktor.
Pada tahun 2020, PHM menargetkan akan mengebor 117 sumur tajak dan dua sumur eksplorasi, yaitu South Peciko dan Tunu Deep East. Hingga kuartal I 2020, telah ada 31 sumur yang ditajak. Banyaknya jumlah sumur yang dibor itu merupakan upaya untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon yang tersedia karena cadangan dan produksi dari sumur-sumur yang ada sudah semakin marjinal.
Selain itu, upaya pengeboran tersebut diharapkan dapat menekan laju penurunan produksi serendah mungkin, hingga di bawah 10 persen. Sebagai perbandingan, pada 2019, perseroan mengebor 127 sumur tajak dari target 118 sumur. Hal itu merupakan buah dari berbagai inovasi untuk mempersingkat durasi pengeboran dan menghemat biaya. Namun, terdapat peluang bila harga minyak mentah tidak membaik juga, maka jumlah sumur tajak yang akan dibor dapat dikoreksi.
Untuk aktivitas workover & well services, pada 2020, PHM menargetkan 6.028 kegiatan. Tahun lalu, PHM melaksanakan 6.948 pekerjaan pemeliharaan sumur dari target 6.513 pekerjaan. "Hal ini juga berkat pengembangan berbagai teknik, seperti penyelesaian sumur tanpa menggunakan rig (rigless), yang berhasil menurunkan biaya sewa rig pengeboran," tutur John.
CAESAR AKBAR