TEMPO.CO, Jakarta - Bank Pembangunan Asia (ADB) akhirnya menyetujui bantuan pembiayaan senilai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,3 triliun (dengan kurs Rp 15,544 per dolar AS) guna mendukung upaya Indonesia dalam menanggulangi dampak pandemi virus Corona Covid-19 terhadap aspek kesehatan masyarakat dan perekonomian. Namun rupanya, ada upaya yang dilakukan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelum keputusan lembaga donor tersebut.
Sri Mulyani menjelaskan, semula ADB mengalokasikan bantuan sekitar US$ 1 miliar bagi Indonesia dalam penanggulangan dampak virus Corona. Lalu kemudian ia menelepon langsung Presiden ADB mempertanyakan kenapa bantuan yang diterima Indonesia lebih rendah ketimbang Filipina.
“Mana lebih besar Indonesia ketimbang Filipina? Kenapa Filipina lebih besar? Apa karena ADB bermarkas di Manila,” kata Sri Mulyani sambil tertawa dalam diskusi online dengan pemimpin redaksi media nasional, Kamis, 23 April 2020.
Menurut dia, upaya tersebut berhasil, dan ADB akhirnya menaikkan jumlah bantuan untuk Indonesia. “Kita dapat US$ 1,5 miliar,” katanya.
Presiden ADB Masatsugu Asakawa mengharapkan, dukungan anggaran yang diberikan dapat membantu Indonesia untuk mengatasi tantangan pandemi dengan tetap fokus menguatkan kelompok miskin, dan rentan termasuk perempuan.
Bantuan pembiayaan yang disalurkan dengan cepat ini merupakan dukungan ADB terhadap Indonesia yang sedang melawan Covid-19. Asakawa mengatakan program Covid-19 Active Response and Expenditure Support (CARES) akan mendukung paket stimulus pemerintah.
Paket stimulus pemerintah yang dimaksud adalah yang selama ini ditujukan untuk memperluas program bantuan sosial yang ada, meningkatkan sumber daya pencegahan dan pengendalian Covid-19, serta melindungi sektor produktif dan para pekerja dari kemerosotan perekonomian.
Adapun pendanaan ini berasal dari opsi respons pandemi Covid-19 oleh ADB, yaitu fasilitas dukungan kontrasiklus, yang merupakan bagian dari paket US$ 20 miliar yang telah disetujui ADB pada 13 April 2020. Paket pendanaan itu untuk membantu negara-negara berkembang anggotanya dalam memerangi Covid-19 melalui dukungan anggaran yang dapat dicairkan dengan cepat dan dengan syarat dan ketentuan yang tidak memberatkan.
Sri Mulyani menambahkan bantuan lembaga multinasional seperti ADB, World Bank dan lain-lainnya, menjadi salah satu sumber pembiayaan untuk menutupi lonjakan defisit anggaran sebagai dampak pandemi Covid-19. Menurut dia, defisit anggaran 2020 diperkirakan mencapai Rp 853 triliun jauh dari target semula yang hanya Rp 307,2 triliun.