TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengandalkan pendapatan dari sisi non-penumpang setelah seluruh jadwal perjalanan kereta api rute Jakarta dan Bandung disetop. Salah satunya melalui angkutan kereta kargo atau logistik.
"KAI meningkatkan kinerja dari angkutan barang," ujar Vice President Public Relations KAI Joni Martinus saat dihubungi Tempo pada Kamis, 23 April 2020.
Joni mengakui, saat ini KAI tengah berupaya menjaga stabilitas perusahaan di tengah paceklik wabah virus corona. Menurut Joni, dampak penyebaran virus ini membuat okupansi penumpang merosot tajam.
Setelah pemerintah membatasi perjalanan jarak jauh masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona, KAI memang telah membuka layanan refund atau pengembalian tiket dengan jaminan dana 100 persen. Hingga saat ini, sebanyak 693.927 tiket sudah dibatalkan.
Dengan kondisi demikian, selain meningkatkan kinerja angkutan non-penumpang, KAI mencari cara lain dengan melakukan penghematan dari sisi operasional. "KAI melakukan efisiensi dengan tidak mengoperasikan perjalana kereta api," ujarnya.
Meski demikian, Joni masih enggan menyebut kerugian yang dialami KAI. Joni juga enggan menyebut proyeksi pendapatan yang akan diterima KAI sampai akhir tahun nanti.
Adapun pada 2019, KAI mendulang pendapatan sebesar Rp 22,6 triliun. Jumlah tersebut naik 13,2 persen dari 2018 yang hanya Rp 19,95 triliun.
Sedangkan jumlah penumpang sepanjang 2019 kala itu mencapai 429 juta penumpang. Sementara itu, volume kargo yang berhasil diangkut KAI mencapai 47,2 juta ton atau naik 2 juta ton dari 2018.