TEMPO.CO, Jakarta - PT Bio Farma (Persero) bersiap memproduksi Rapid Test berbasis Real Time Polymerase Chain Reaction atau RT-PCR untuk melakukan pemeriksaan virus Corona atau Covid-19. “Prototype akan kami terima dalam waktu dekat ini dari perusahaan startup asal Indonesia Nusantics," kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, dikutip dari rilis, Selasa, 21 April 2020.
Setelah itu, kata Honesti, Bio Farma akan memproduksi secara massal dalam jumlah besar yang akan memanfaatkan fasilitas produksi yang ada di Bio Farma. "Termasuk proses serta pengujian (quality control), packaging dan distribusi."
Bio Farma terlibat dalam produksi alat PCR test tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nomor 72 Tahun 2020. Beleid itu mengatur tentang Task Force dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC19).
Task Force tersebut melibatkan sejumlah kementerian, di antaranya Kementerian Riset dan Teknologi RI, Kementerian Kesehatan RI, universitas dan lembaga penelitian di Indonesia, serta startup yang bergerak dalam bidang genetika dan biomolekuler.
Bio Farma menjadi bagian dari sub grup Rapid Test Diagnosis berbasis quantitative polymerase chain reaction (qPCR). Bio Farma berperan dalam membuat kit diagnostik berbasis PCR yakni produksi dan pengemasan, quality control, validasi, serta registrasi untuk mendapat izin edarnya. Bio Farma juga akan mendistribusikan Kit ke seluruh fasilitas kesehatan rujukan yang berada di seluruh Indonesia.
Honesti menjelaskan, produksi RT-PCR kit ini akan menggunakan fasilitas produksi dan SDM yang memiliki kompetensi di bidang Biomolekuler di Bio Farma. “Jadi bisa dikatakan Kit ini adalah 100 persen produksi dalam negeri oleh putra-putri bangsa Indonesia,” kata dia.
Kapasitas produksi terpasang saat ini mencapai 15 ribu alat tes per hari. Pada produksi perdananya, Bio Farma akan memulai dengan memproduksi 50 ribu alat tes atau setara 2 ribu Kit yang ditargetkan rampung Mei 2020 ini. Selanjutnya Bio Farma menargetkan kapasitas produksinya menjadi 4 ribu Kit atau setara dengan 100 ribu alat tes.
Kit berbasis RT-PCR ini diklaim telah memenuhi standar pemeriksaan virus Corona, sekaligus untuk menegakkan diagnostik status positif atau negatif dari sampel swab pasien terpapar Covid-19. “Mudah-mudahan keberadaan tes kit berbasis qPCR ini, dapat membantu pemerintah dalam percepatan penanganan menghadapi pandemik Covid-19,” kata Honesti.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, pihaknya melalui TFRIC19 memberikan dukungan penuh dalam percepatan produksi test kit PCR ini. “Koordinasi dengan Badan Litbangkes dan Lembaga Biologi Molecular Eijkman telah dilakukan BPPT secara serius untuk mendapatkan akses sampel RNA Covid-19 Indonesia, untuk keperluan validasi produk, melengkapi desain dan prototipe test kit PCR yang telah dikembangkan oleh tim Nusantics,” kata dia.
Hamam mengatakan, lembaganya meyakini produksi test kit akan segera terwujud dengan kesediaan dan kesiapan Bio Farma. “BPPT juga makin yakin produk tes kit PCR dalam negeri segera terwujud setelah PT Bio Farma telah menyatakan kesediaan dan kesiapannya," ucapnya.