TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk. atau bank BCA memastikan akan mendukung industri tekstil dan farmasi secara selektif untuk memproduksi sebanyak mungkin peralatan untuk mengatasi wabah corona atau Covid-19.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan siap mendukung sektor tekstil yang memproduksi alat pelindung diri atau APD. Bahkan, sektor lain yang menyuplai kebutuhan masyarakat di tengah COVID-19 juga akan didorong penyaluran pembiayaannya.
Meskipun demikian, Jahja menekankan, penyaluran kredit bank BCA akan dilakukan secara selektif. "Iya tekstil kita support, juga farmasi yang produksi vitamin dan anti covid," katanya akhir pekan lalu.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit ke industri pengolahan pada Januari 2020 mencapai Rp 891,896 miliar atau naik 2,62 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).
Berdasarkan Survei Perbankan Indonesia, permintaan kredit baru untuk industri pengolahan mengalami pertumbuhan melambat yang terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) yang sebesar 14,6 persen pada kuartal I/2020. Nilai itu lebih rendah dari perolehan SBT kuartal I/2019 yang sebesar 26 persen.
Lebih lanjut, Survei Perbankan Bank Indonesia memperkirakan penyaluran kredit pada kuartal II/2020 akan lebih longgar terlihat dari indeks lending standard (ILS) yang sebesar 9,1 persen.
Adapun ILS pada kuartal II/2020 tersebut lebih rendah dari periode sebelumnya yang sebesar 10,9 persen. Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama akan dilakukan untuk jenis kredit modal kerja dan kredit UMKM.
Aspek penyaluran kredit yang akan diperlonggar yaiu suku bunga kredit, biaya persetujuan kredit, jangka waktu kredit, dan palfon kredit.
Head of Corporate Secretary Division Bank BJB Widi Hartoto mengatakan saat ini bank memang masih menyalurkan pembiayaan ke sektor tekstil. Meskipun, penyaluran kredit tetap dilakukan dengan penyaringan yang lebih ketat.
Pasalnya, saat ini kondisi ekonomi mengalami sejumlah tekanan. Tekanan tidak hanya datang dari COVID-19, tetapi juga nilai tukar yang pengaruhnya sangat besar bagi industri tersebut.
"Untuk sektor tekstil kita ada penyaluran kesana tapi selektif ya, karena banyak tekanannya," katanya.
Dia mengakui di tengah kondisi saat ini para pengusaha tekstil yang biasanya memproduksi produk pakaian beralih dengan memproduksi alat perlindungan diri.
Hanya saja, meskipun produksi APD sangat dibutuhkan, penyaluran kredit ke sektor tersebut tidak mengalami perubahan. Prosedur penyaluran kredit untuk sektor tekstil masih sama. "Untuk kemudahan prosedur sama saja," katanya.