Sementara menunggu produksi alat kesehatan itu bisa dilakukan, Arya mengatakan Kementerian BUMN akan mencoba memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan mengejar pasokan dari impor. "Sekarang ada ventilator beli, ada bahan baku beli. Karena berebutan," ujar dia.
Selama ini, Arya mengatakan, Indonesia memang masih banyak melakukan impor untuk bidang kesehatan. Misalnya saja alat kesehatan, bahan baku obat, hingga obat yang impornya bisa mencapai 90 persen. Karena itu, Kementerian BUMN saat ini sudah membuat subholding farmasi dengan harapan bisa menekan persentase impor itu hingga di bawah 50 persen.
Ketergantungan kepada barang impor pun, tutur dia, kemudian menguji Indonesia di masa pandemi corona ini. Ketika permintaan tinggi, Indonesia kebingungan untuk memenuhi kebutuhannya, baik di alat kesehatan, bahan baku obat, maupun di obat. Bahkan, saat ini Tanah Air harus beradu dengan negara lain untuk mencari bahan baku.
Sebelumnya, Erick Thohir menyinggung adanya mafia dalam impor alat kesehatan. Mafia itu, kata dia, ada karena impor alat kesehatan ke Indonesia masih sangat besar mencapai 90 persen.
"Jangan semua ujung-ujungnya duit terus, dagang terus, akhirnya kita terjebak short term policy. (Impor alat kesehatan) Didominasi mafia, trader-trader itu, kita harus lawan dan ini Pak Jokowi punya keberpihakan itu," kata Erick lewat akun Instagramnya, Kamis, 16 April 2020.