TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan defisit anggaran sepanjang triwulan I 2020 masih berada di level 0,45 persen. Angka ini masih jauh di bawah asumsi APBN 2020 yang sebesar 1,76 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani memberi catatan bahwa angka ini belum menunjukkan kondisi ekonomi yang sesungguhnya. Sebab, ada beberapa pendapatan negara yang muncul lebih awal dan bukan berasal dari kegiatan ekonomi.
“April baru mungkin akan mengalami perubahan dramatis,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers online di Jakarta, Jumat, 17 April 2020.
Adapun rinciannya yaitu pertama realisasi pendapatan negara sepanjang triwulan I 2020 mencapai Rp 375,9 triliun, meningkat 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Ini ini berasal dari pergeseran pembayaran deviden BUMN, sehingga PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) melonjak akibat mereka RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) lebih awal,” kata Sri Mulyani.
Dalam pendapatan negara ini, pendapatan bea cukai juga mencapai Rp 38,3 triliun, meningkat tajam 36,8 persen dari tahun lalu. Namun sama dengan PNBP, lonjakan ini terjadi karena adanya pembelian pita cukai lebih awal dari pabrik rokok untuk mengantisipasi pembatasan sosial.
Sementara untuk komponen penerimaan pajak, Sri Mulyani mengatakan muiai terlihat tren penurunan bahkan negatif growth. Realisasi penerimaan pajak sampai akhir Maret 2020 hanya Rp 38,3 triliun, atau turun 2,5 persen dari tahun lalu.
Pada poin kedua yaitu belanja negara, kondisi tidak banyak berubah. Realisasi belanja negara pada triwulan I 2020 ini mencapai Rp 452,4 triliun atau tumbuh 0,1 persen dari tahun lalu. Di dalamnya, belanja pemerintah pusat sebesar Rp 277,9 triliun, juga hanya tumbuh 6,6 persen.
Namun, penurunan terjadi pada transfer ke daerah dan dana desa. Realisasi transfer ke daerah hanya Rp 167,3 triliun, atau turun 7,7 persen. Sementara, realisasi dana desa hanya Rp 7,2 triliun, atau turun 28,6 persen. “Ini karena ada beberapa daerah yang belum selesaikan APBD-nya, jadi dari sisi transfer ke daerah masih ada hambatan,” kata Sri Mulyani.
FAJAR PEBRIANTO