TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja ekspor Indonesia tetap meningkat di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan nilai ekspor Maret 2020 mencapai US$ 14,09 miliar atau sekitar Rp 219,89 triliun (dengan kurs Rp 15.606 per dolar AS).
“Naik 0,23 persen dari Februari 2020 yang sebesar 14,06 persen,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers online di Jakarta, Rabu, 15 April 2020. Meski demikian, nilai ekspor turun tipis secara tahunan sebesar 0,2 persen, dari US$ 14,12 miliar pada Maret 2019 menjadi US$ 14,09 miliar.
Meski demikian, kenaikan 0,23 persen ini lebih rendah dari bulan lalu. Sebelumnya, nilai ekspor pada Februari 2020 naik sebesar 2,24 persen dari bulan Januari 2020. Sementara secara tahunan, nilai ekspor Februari 2020 mencapai US$ 13,94 miliar, naik 11 persen.
Adapun pada Maret 2020, kenaikan ekspor terjadi pada sektor pertanian sebesar 6,1 persen dan pertambangan sebesar 9,23 persen. Khusus untuk pertanian, kenaikan ekspor terjadi pada produk seperti tanaman obat, rempah, aromatik, buah-buahan seperti pisang, hingga manggis.
Sementara itu, industri pengolahan dan migas mengalami penurunan, masing-masing 0,2 persen dan 16,29 persen. Khusus untuk industri pengolahan, penurunan ekspor terjadi pada produk kimia dasar organik, hingga pakaian jadi dari tekstil.
Lebih lanjut, Suhariyanto mengatakan kinerja ekspor sepanjang tahun ini pun masih mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Sebab, sepanjang triwulan pertama 2020 (Januari-Maret 2020), ekspor tetap naik sebesar 2,91 persen, menjadi US$ 41,79 persen.