"Jika seluruh negara Islam yang mengirim jamaah belum bersih dari COVID-19, maka kemungkinan tertular akan terjadi lagi. Atau belum ditemukan obatnya sampai pertengahan Ramadan ketika waktunya mengurus administrasinya maka enggak akan ada Haji, itulah logikanya," ujar Syam. "Namun jika Allah SSWT berkehendak lain enggak ada yang bisa menghalangi kekuasaan Allah SWT sebagai Penguasa dan Pencipta Alam Semesta ini"
Sementara nasib perjalanan haji belum jelas, Syam mengatakan para pelaku biro umrah masih diam dan menunggu. "Kalau sampai pertengahan Ramadan tidak ada izin haji, ya kami semakin diam," tutur dia. Apabila perjalanan ini akan tertunda juga, maka selayaknya umrah, jadwal perjalanan haji bisa ditunda ke periode berikutnya.
Adapun saat ini, ujar Syam, nasib pembayaran gaji karyawan bergantung kepada kekuatan masing-masing perusahaan. Ia menuturkan tak sedikit perusahaan yang merumahkan pegawainya tanpa gaji. "Kami juga bersepakat untuk memperpanjang kehidupan dengan tidak ada tunjangan hari raya, namun untuk bulanan berikutnya."
Selain merumahkan pegawai, upaya lain yang dilakukan perseroan untuk tetap bertahan adalah dengan menghemat banyak biaya. Kendati masih ada hal yang belum bisa dikurangi karena terkendala aturan, misalnya biaya BPJS dan pajak PPh 25, serta biaya listrik dan internet yang masih diperlukan.
Ke depannya, Syam berharap pemerintah memberikan pelbagai kelonggaran kepada biro umrah dan haji. Ia antara lain meminta penghapusan atau pembebasan biaya PPh 25, pemberian pinjaman lunak dari perbankan, penangguhan pembayaran biaya BPJS,serta bantuan subsidi untuk membayar pegawai yang dirumahkan.