TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Amerika Serikat, Eisha Magfiruha, menyarankan pemerintah Indonesia meniru langkah pemerintah Negeri Abang Sam dalam menangani pandemi virus Corona atau Covid-19. Ia mengatakan hal yang paling penting untuk disoroti ialah keterbukaan data.
"Di Amerika Serikat, tidak ada data yang ditutup-tutupi oleh pemerintah setempat. Sehingga, publik tahu bahwa penyebaran virus corona ini serius dan mengancam jiwa," ujar Eisha dalam diskusi virtual, Kamis, 9 April 2020.
Eisha menerangkan, saat ini Amerika Serikat memiliki jumlah pasien positif corona tertinggi di dunia dengan jumlah kasus 396.223 orang per 7 April 2020. Dari kasus tersebut, jumlah pasien meninggal tercatat sebesar 12.722 jiwa.
Menurut dia, tingginya jumlah kasus ini terjadi lantaran pemerintah secara gencar melakukan tes masif bagi jutaan penduduknya. Per hari, kata Eisha, Amerika Serikat bisa melakukan tes virus corona mencapai 100 ribu spesimen.
Meski pertumbuhan kasus positif corona di Amerika tampak sangat tinggi, Eisha mengatakan case fatality rate atau kematiannya hanya 2,9 persen. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kematian di Indonesia yang mencapai 8 persen.
Rendahnya tingkat kematian di Amerika Serikat, ujar Eisha, juga dipengaruhi oleh adanya keterbukaan informasi dari pemerintah. Sebab, dengan demikian, sejumlah pihak berwenang di Amerika Serikat menjadi agresif dalam menekan persebaran virus corona.
Sehingga, kata dia, pemerintah juga dapat melakukan intervensi kebijakan yang lebih cepat dan efektif yang bisa diterima masyarakat. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat selalu melibatkan ilmuwan dalam mengambil setiap keputusan.
Dengan begitu, kebijakan-kebijakan untuk menangani virus Corona yang diputuskan Presiden Donald Trump berdasarkan pada analisis yang dilakukan oleh pakar. "Kemudian, Trump juga telah membentuk anggota khusus task force yang anggotanya bisa mempengaruhi presiden untuk merespons situasi dengan cepat," ujarnya.