TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan tetap tingginya minat perusahaan melakukan initial public offering (IPO) karena hal tersebut merupakan jalan bagi calon emiten yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha mereka.
Selain itu, tambah Nyoman, adanya dukungan kebijakan Otoritas Pasar Modal yang memberikan relaksasi jangka waktu umur Laporan Keuangan dan Laporan Penilai dalam rangka Penawaran Umum selama 2 bulan juga membuat para calon emiten tetap optimistis.
"Dan yang tidak kalah pentingnya juga adalah adanya support dari investor pasar modal untuk berpartisipasi di perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana,” ujar Nyoman, Rabu, 8 April 2020.
Berdasarkan data BEI per 6 April 2020, ada 22 emisi efek saham dalam pipeline IPO tahun ini. Jumlah tersebut dikurangi 2 calon emiten yang telah mencatatkan sahamnya di bursa pada hari ini, Rabu, 8 April 2020.
Dari total 22 tersebut, sebanyak 12 di antaranya merupakan calon emiten jumbo karena memiliki aset lebih dari Rp 250 miliar, 7 calon emiten medium dengan aset antara Rp 50-250 miliar, serta 3 calon emiten kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar.
Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan, tercatat ada 21 saham baru yang tercatat di bursa. Jumlah ini akan segera bertambah karena pada esok hari, Kamis, 9 April 2020, akan ada 3 calon emiten lagi yang resmi melantai.
Nyoman mengatakan di tengah kondisi makro yang sangat dinamis seperti saat ini, perlu disyukuri bahwa minat perusahaan untuk melantai di bursa masih tinggi.
“Berdasarkan Ernst & Young Global Report, Indonesia menempati posisi tertinggi dari jumlah yang melakukan IPO di ASEAN sampai dengan saat ini,” katanya.
BISNIS