Tempo.Co, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mendatangkan polymerase chain reaction (PCR) atau alat tes swab untuk virus corona atau Covid-19 dari perusahaan farmasi asal Swiss, Roche. Satu alat tes swab asal Swiss tersebut telah tiba di Indonesia pada Selasa, 7 April 2020.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan satu alat PCR yang sudah tiba akan diberikan kepada RS Pertamina Jaya yang difungsikan sebagai RS khusus penanganan Corona. Sementara 17 PCR lainnya yang awalnya akan tiba akhir bulan ternyata sudah tiba hari ini. Erick Thohir akan mendistribusikan 17 PCR lainnya ke sejumlah rumah sakit pelat merah yang ada di daerah.
"Yang satu ini diujicoba dulu di sini (RS Pertamina Jaya). Tujuh belas lagi nanti akan didistribusikan bersama Gugus Tugas Penanganan Korona ke sejumlah daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, hingga Papua. seperti Jatim, Jateng, Jabar, dan lain-lain," ujar Erick Thohir dalam keterangan tertulis, Rabu, 8 April 2020.
Erick Thohir menilai keberadaan alat tes swab sangat penting dalam mendeteksi pasien yang terpapar virus Covid-19. Namun, kata dia, masih banyak RS di daerah yang belum memiliki alat tersebut. Ia juga telah mendapatkan rekomendasi dari para ahli mengenai kualitas alat tes swab dari Swiss. Hal ini untuk mendapatkan kualitas terbaik.
Di kesempatan lain, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan alat PCR mempunyai tingkat presisi yang jauh lebih akurat untuk mendeteksi virus Covid daripada rapid test. Arya menyebut terdapat dua alat RNA Extractor Automatic dengan total kapasitas 1.000 spesimen per hari yang sudah berada di Indonesia. Dengan demikian, satu alat memiliki kapasitas 500 spesimen per hari.
Selain itu, kata Arya, BUMN juga telah mendatangkan 18 lightcycle untuk detector PCR dengan kapasitas 500 tes per hari. "Dengan alat ini kalau sudah terinstal (semua) maka satu hari akan bisa mencapai 9 ribu sampai 10 ribu tes per hari. Kecepatan mengetahui positif atau negatif juga sangat tinggi," kata Arya. Dengan begitu, lanjut Arya, bisa mencapai 300 ribu tes corona per bulan.