TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengatakan pergerakan rupiah kini cukup stabil dan cenderung menguat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bank sentral terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas kurs, antara lain dengan melakukan intervensi misalnya melalui pembelian surat berharga negara di pasar sekunder.
"Mari kita stabilkan nilai tukar rupiah sehingga stabil dan cenderung menguat sehingga ke arah 15 ribu per dolar akhir tahun ini," ujar Perry dalam konferensi video, Selasa, 7 April 2020. Saat ini, Bank Indonesia memandang bahwa tingkat nilai tukar Rupiah dewasa ini relatif memadai dan secara fundamental undervalued.
Perry mengatakan pada penutupan perdagangan kemarin rupiah menguat 1,56 persen ke angka 16.125 per dolar Amerika Serikat. Rupiah sempat bergerak melemah pada pekan lalu, kata dia, lantaran adanya misinterpretasi publik terhadap pengumuman Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Ia pun mengatakan bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menjalin komunikasi dengan investor global. Sehingga, mekanisme pasar di pasar keuangan kini diklaim sudah berjalan baik, dari segi penawaran dan permintaan.
Belakangan cadangan devisa Indonesia menipis pada akhir Maret 2020, salah satunya lantaran adanya stabilisasi nilai tukar. Bank Indonesia mencatat pada periode tersebut cadangan devisa Indonesia adalah sebesar US$ 121 miliar alias lebih rendah dari posisi akhir Februari 2020 yang US$ 130,4 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," tulis keterangan tertulis dalam laman resmi Bank Indonesia.
Dengan demikian, posisi cadangan devisa itu masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Atas kondisi tersebut, Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Terkait adanya penurunan cadangan devisa pada Maret 2020, BI melihat penyebabnya adalah pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah. Belakangan, nilai tukar rupiah memang bergejolak lantaran adanya kepanikan di pasar keuangan global yang dipicu mewabahnya Virus Corona alias COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.
Kepanikan pasar keuangan global tersebut, menurut BI, kemudian mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan Rupiah khususnya pada pekan kedua dan ketiga bulan Maret 2020. Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kondisi pasar berangsur-angsur pulih dan mekanisme pasar kembali berjalan sejak minggu terakhir Maret 2020.
CAESAR AKBAR