TEMPO.CO, London - Hampir 140 kelompok kampanye dan badan amal sosial mendesak Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) serta pemerintah negara G20 dan kreditor swasta untuk membantu negara-negara termiskin di dunia. Negara-negara termiskin itu dinilai hanya bisa bertahan melalui krisis akibat pandemi virus Corona atau Covid-19 jika dibatalkan kewajiban membayar utangnya pada tahun ini.
Seruan tersebut yang dipelopori badan kampanye Jubilee Debt berpusat di Inggris dilakukan sehari sebelum jadwal pertemuan kelompok kerja negara G20. Kelompok kerja ini berfokus dalam tanggap pandemi virus Corona untuk negara-negara berkembang.
Jubilee Debt mendesak pembatalan segera pembayaran utang negara-negara miskin untuk sisa tahun ini, termasuk kepada kreditor swasta. Badan kampanye itu memperkirakan jumlah pembebasan utang sebesar lebih dari US$ 25 miliar untuk negara-negara termiskin, atau US$ 50 miliar jika diperpanjang untuk 2021.
Badan Kampanye Jubilee Debt juga menyerukan pembatalan utang atau tambahan bantuan keuangan agar bebas dari persyaratan kebijakan ekonomi seperti penghematan. Kelompok negara G20 pun didorong mendukung aturan darurat yang dapat mencegah negara-negara miskin dituntut oleh kreditor swasta.
"Negara-negara berkembang sedang dilanda goncangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pada saat yang sama menghadapi keadaan darurat kesehatan yang mendesak," kata Direktur Jubilee Debt, Sarah-Jayne Clifton, Selasa, 7 April 2020.
Para pemerintah negara dan lembaga besar sudah mendorong beberapa langkah yang diminta oleh kelompok kampanye itu. Sebagai contoh, IMF menyediakan dana US$ 50 miliar dari fasilitas pembiayaan daruratnya, dan sekitar 80 negara telah meminta bantuan. Bank Dunia juga telah menyetujui paket tanggapan Covid-19 senilai US$ 14 miliar.
Lembaga-lembaga juga bersama-sama mendorong kreditor resmi bilateral untuk memungkinkan negara-negara berpenghasilan rendah menangguhkan pembayaran cicilan utang mereka selama 14 bulan sejak awal Mei.
Namun, pesan dari badan amal dan kelompok kampanye itu juga menggemakan keprihatinan pemerintah negara-negara Afrika baru-baru ini - bahwa dana yang disediakan IMF dan Bank Dunia itu tidak akan cukup membantu. Ethiopia mengatakan dalam proposal yang diajukan sebelum pertemuan G20 bahwa Afrika saja kemungkinan membutuhkan dukungan dana sebesar US$ 150 miliar.
"Dari 69 negara berpenghasilan rendah yang kami bahas, setidaknya 45 dari mereka akan memerlukan dana darurat hanya untuk dapat melewati tahun 2020," kata Mark Perera, manajer European Network on Debt and Development, salah satu kelompok yang terlibat dalam kampanye pembebasan utang itu.
Ketika IMF dan Bank Dunia pada 1996 meluncurkan program keringanan utang bagi Negara Miskin Berutang Besar (Heavily Indebted Poor Countries/HIPC), negara-negara itu umumnya berutang uang ke negara-negara kaya dan lembaga multilateral.
Pemerintah, bank, dan perusahaan China meminjamkan US$ 143 miliar ke Afrika selama tahun 2000 hingga 2017, menurut Universitas Johns Hopkins. Sementara itu pemerintah Afrika juga telah mengambil utang internasional lebih dari US$ 55 miliar dalam dua tahun terakhir.
Kelompok kampanye pembebasan utang, yang penandatangannya termasuk lembaga seperti Oxfam dan Save the Children, juga menyerukan melalui PBB untuk penciptaan proses yang sistematis dan dapat ditegakkan untuk restrukturisasi utang negara.
BISNIS