Akan tetapi, Tri menekankan bahwa suhu udara yang lebih tinggi hanya satu dari ratusan faktor yang berpengaruh terhadap transmisi virus. Cuaca hanyalah faktor yang bisa menguntungkan, setelah mobilitas dan pergerakan manusia dibatasi untuk meredam penyebaran virus.
Sehingga, tidak bisa langsung disimpulkan bila masyarakat di daerah suhu yang panas lebih tanah terhadap virus. Intervensi sosial seperti social distancing pun tetap sangat diperlukan. “Jangan sampai ada kesan kita ga perlu social distancing, karantina, karena kita aman, itu yang ditakuti,” kata dia.
Sehingga, Tri pun mengatakan tidak ada yang salah dengan pernyataan IDI. Sebab, sampai saat ini memang belum ada riset khusus tentang pengaruh cuaca terhadap Covid-19. Meski begitu, penelitian khusus Covid-19 kini telah berjalan di kampus-kampus. Kalaupun ada perbedaan pendapatan, Tri menyebutnya sebagai hal yang lumrah dalam dunia akademis.
26 Maret 2020, kajian BMKG rampung, diserahkan ke presiden, dan didiskusikan dengan menteri koordinator terkait, termasuk Luhut. Awalnya, kata Dwikorita, kajian ini memang tidak akan dipublikasikan luas. Sebab, kajian ini bersifat dukungan bagi kebijakan social distancing.
Dalam kajiannya, BMKG tetap merekomendasikan pembatasan sosial untuk meredam penyebaran virus. Sebab, gelombang kedua Covid-19 yang telah menyebar di Indonesia diduga akibat faktor mobilitas manusia dan interaksi sosial yang lebih kuat berpengaruh, daripada faktor cuaca.
Sebelum hasil isu cuaca dan Covid-19 ini muncul ke publik, Dwikorita pun menyebut BMKG sudah rapat hingga 10 kali dengan Luhut. Pakar dari ITB, UI, hingga UGM pun hadir. Barulah kemudian, pernyataan disampaikan Luhut. “Setelah ada keributan itu, kami pikir apa enggak lebih baik kami edukasi masyarakat,” kata dia.
Sehingga, terbitlah siaran pers berisi penjelasan atas kajian BMKG tentang virus corona tersebut pada 3 April 2020. Dwikorita menyebut siaran pers itu murni atas inisiatif BMKG, bukan perintah dari Kemenko Maritim dan Investasi. “Tapi bagi kami perbedaan pendapat itu hal yang biasa, bukan sesuatu yang dihindari,” kata dia.